Samai Inggris, Indonesia Akan Punya Museum dari Bekas Kapal Perang
JAKARTA, iNews.id – Kapal perang milik tentara di berbagai negara memiliki usia pemakaiannya sendiri. Selain untuk menjamin keamanan nasional, rentang usia tersebut juga diperhatikan agar keselamatan para awak terjamin.
Di Indonesia, sebagian besar kapal yang telah usang dan tak layak digunakan akan dijual sebagai besi tua. Namun, kini ada trobosan baru yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan opsi untuk menjadikannya sebagai museum apung dari bekas kapal milik TNI AL.
Niatan itu diutarakan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid. Dia mengungkapkan bahwa ide tersebut merupakan inisiatif dari Kemenko Kemaritiman dan Kemendikbud menyambut baik usulan itu. Kini, kedua instansi tengah mempersiapkan studi untuk mendukung terwujudnya wacana itu.
“Kemudian ada inisiatif bekerja sama dengan Kementrian Pariwisata untuk memanfaatkan kapal yang tidak bisa digunakan lagi untuk kepentingan wisata. Ada dua opsi. Satu, ditenggelamkan untuk dijadikan rumpon serta spot menyelam, sedangkan yang satu lagi dijadikan museum,” kata Hilmar saat ditemui di Gedung Kebangkitan Nasional, Jakarta, Kamis (17/1/2019).
Jika usulan museum dari bekas kapal terealisasikan, Indonesia akan menyamai Inggris. Bahkan, kapal yang nantinya digunakan, memiliki keterkaitan sejarah karena sama-sama digunakan oleh sekutu saat mendarat pertama kali ke daerah Normadia, Prancis saat Perang Dunia II.
“Ini kapal landing ship tank yang biasa dipakai untuk pendaratan. Kapal yang dipakai ini pernah digunakan sekutu untuk mendarat di Normadia. Kalo Indonesia punya ini, akan sama dengan seperti di Inggris,” ujarnya.
Menurut rencana, akan ada tiga lokasi yang dijadikan tempat museum apung yakni sekitaran Ancol (Jakarta Utara), Surabaya (Jawa Timur), dan Makassar (Sulawesi Selatan). Selain museum apung, beberapa kapal lainnya akan ditenggelamkan untuk memperindah situs maritim Tanar Air.
“Kapal ini akan dijadikan tidak saja kemiliteran atau pertahanan tapi jadi bagian sejarah maritim kita. Studinya dilimpahkan ke kita. Yang ditenggelamkan itu kita juga mengusulkan bagaimana jika kapal yang akan ditenggelamkan itu bisa dekat dengan situs-situs maritiman kita yang sebelumnya sudah ada kapalnya, pasti akan lebih menarik,” ucap Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraaan, Dr Abdul Kahar, di lokasi yang sama.
Editor: Ahmad Islamy Jamil