Sambut Bulan Puasa, MUI: Kendalikan Diri dengan Berpegang pada Pancasila dan UUD 1945
JAKARTA, iNews.id - Wakil Ketua Umum (Waketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas berharap momen Ramadan 1443 bisa menjadi momen mengendalikan diri. Berpegang pada Pancasila dan UUD 1945.
"Salah satu hikmah puasa yang sangat relevan dengan kehidupan kita sebagai sebuah bangsa hari ini adalah puasa mengajari kita untuk bisa mengendalikan diri," kata Anwar Abbas melalui pesan singkatnya, Sabtu (2/4/2022).
Abbas memaparkan jika Ramadan 1443 bisa dijadikan momen untuk patuh pada ajaran agama, falsafah, serta hukum dasar di Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Abbas meyakini jika hal itu dapat dijalankan dengan baik, maka konflik di Indonesia akan berkurang.
"Karena kalau hal demikian tidak bisa kita lakukan, maka tidak mustahil rasa persatuan dan kesatuan diantara kita sebagai warga bangsa tentu akan terganggu," ujar Abbas.
"Bahkan tidak mustahil akan bisa mendorong bagi terjadinya konflik horizontal di antara sesama kita baik dalam bidang sosial, ekonomi dan politik dan hal itu tentu jelas tidak kita inginkan," imbuh dia.
Oleh karenanya, Abbas berharap semua pihak agar belajar dari pesan yang ada dalam ibadah puasa ini. Pesannya yaitu, agar setiap insan manusia harus bisa mengendalikan diri dengan selalu berpegang teguh kepada Pancasila dan UUD 1945.
"Untuk itu kita mengharapkan kepada pemerintah dan para politisi di negeri ini agar benar-benar menghormati dan menjunjung tinggi Pancasila dan konstitusi serta dapat melaksanaka tugasnya dengan sebaik-baiknya," ujarnya.
"Dengan cara menghindarkan diri dari praktik-praktik diskriminatif, ketidak adilan, serta menjauhi tindakan-tindakan tidak terpuji seperti memperkaya diri sendiri, keluarga, kelompok dan golongan dengan melakukan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang akhir-akhir ini tampak sudah sangat menggurita," sambung dia.
Selain itu, Anwar juga berpesan kepada para pengusaha agar dalam menjalankan usahanya, untuk tidak hanya berorientasi kepada mendapatkan profit. Namun bisa dimanfaatkan dengan berbagi dan peduli kepada sesama.
"Serta tidak melakukan usaha yang akan merusak alam dan lingkungan serta tidak merusak pasar dengan praktik monopoli dan oligopoli serta melakukan praktik terlarang lainnya, seperti memperdagangkan narkoba, menimbun dan menyeludupkan barang ke dalam atau ke luar negeri," imbuhnya.
Masyarakat juga diharapkan harus bisa menjauhi sikap konsumtif dan hedonistik serta mampu berempati kepada orang lain dengan mengembangkan rasa kebersamaan. Hal itu, tentu bisa meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan antar sesama anak bangsa.
"Oleh karena itu, kalau seandainya semua kita bisa mengendalikan dirinya maka negeri kita tentu akan bisa menjadi negara yang maju dan berkeadilan, di mana rakyatnya hidup dengan aman, tentram, damai, religious dan bahagia. Semoga hal ini tidak hanya ada dalam kata-kata tapi mewujud dalam realita," tutup dia.
Editor: Puti Aini Yasmin