Sejarah Bulan Februari, Kenapa Jumlah Harinya Lebih Sedikit?
JAKARTA, iNews.id - Kalender masehi setiap bulannya setidaknya memiliki 30 hari, kecuali bulan Februari. Bulan tersebut hanya memiliki 28 hari jika tidak tahun kabisat.
Kenapa jumlah harinya lebih sedikit?
Pada zaman dahulu, dalam 1 tahun hanya terdapat 10 bulan yang dimulai dari bulan Maret dan diakhiri di bulan Desember. Akan tetapi 10 bulan dalam 1 tahun tidak sesuai dengan perubahan musim dan hitungan hari per tahun hanya berjumlah 304 hari.
Raja Roma, Numa Pompilius, pada tahun 700 SM menambahkan jumlah bulan yang semula 10 menjadi 12 bulan, dengan Februari menjadi bulan penutupan dalam 1 tahunnya.
Dengan penambahan bulan ini, hari dalam satu tahun juga bertambah. Sebelumnya hanya ada 304 hari menjadi 354 atau 355 dengan perhitungan. Berikut jumlah hari setiap dikutip dari berbagai sumber:
Martius (Maret) 31 hari
Aprilis (April) 29 hari
Maius (Mei) 31 hari
Junius (Juni) 29 hari
Quintilis (Juli) 31 hari
Sextilis (Agustus) 29 hari
September 29 hari
October (Oktober) 31 hari
November 29 hari
December (Desember) 29 hari
Ianuaris (Januari) 29 hari
Februarius (Februari) 29 hari
Pada zaman Kaisar Julius Caesar, dia menetapkan bahwa 1 tahun terdapat 365 atau dan 366 hari, yang setiap 4 tahun sekali disebut sebagai tahun kabisat. Perubahan ini dilakukan karena menurut Caesar, perhitungan Numa Pampilius masih tidak tepat.
Julius Caesar menetapkan bulan Februari memiliki 29 hari dan di setiap tahun kabisat menjadi 30 hari. Masa kepemimpinan terus berganti, kemudian Julius Caesar digantikan oleh Kaisar Agustus, yang kemudian mengubah nama bulan Sextilis menjadi Augustus untuk mengabadikan namanya.
Dia juga mengubah bulan Augustus yang tadinya hanya berjumlah 30 hari menjadi 31 hari. Augustus juga mengurangi hari di bulan Februarius untuk menambahkan hari di bulan Augustus. Jadi, Februarius hanya berjumlah 28 hari dan 29 hari di tahun kabisat.
Tahun terus berganti dan Kalender Romawi menunjukan kesalahannya lagi. Hal ini kemudian dikoreksi oleh Paus Gregorius XIII yang merupakan pimpinan gereja Katolik di Roma (1582).
Setelah dikoreksi, Paus Gregorius mengambil keputusan yaitu menetapkan bahwa awal tahun diubah menjadi tanggal 1 Januari dan bulan Desember menjadi penutup.
Nama Februari sendiri berasal dari nama sebuah festival di Romawi yaitu Februa, yang merupakan festival untuk penyucian. Festival ini biasa diadakan pada hari ke-15 di bulan tersebut. Nama Februa mengacu pada salah satu suku kuno yang bertempat di Romawi, yaitu suku Sabine.
Editor: Faieq Hidayat