Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Fadli Zon Pastikan Tak Ada Intervensi dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia
Advertisement . Scroll to see content

Sejarah Gedung Arsip Nasional: Sempat Jadi Rumah Gubernur Jenderal hingga Panti Asuhan

Selasa, 14 Februari 2023 - 21:49:00 WIB
Sejarah Gedung Arsip Nasional: Sempat Jadi Rumah Gubernur Jenderal hingga Panti Asuhan
Sejarah Gedung Arsip Nasional di Jalan Gajah Mada Nomor 111, Krukut, Taman Sari, Jakarta Barat. (Foto: Grivy)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Sejarah Gedung Arsip Nasional di Jakarta Barat menyimpan banyak hal menarik untuk diketahui. Lokasi gedung bersejarah itu berada di Jalan Gajah Mada Nomor 111, Krukut, Taman Sari, Jakarta Barat.

Gedung Arsip Nasional memiliki sejarah cukup panjang yaitu pernah digunakan untuk berbagai peruntukan seperti tempat tinggal, gereja, dan lainnya.

Arsitektur bangunan masih terlihat kental peninggalan Eropa yang megah di masanya, yakni campuran antara gaya renaissance dan pengaruh Barok Rokoko (Louis XV).

Sejarah Gedung Arsip Nasional

Gedung ini dibangun pada abad ke-18 atau sekitar tahun 1750 oleh Gubernur Jenderal VOC Reiner De Klerk. Saat itu gedung masih bernama Villa Molenvliet. Di sekitarnya dibangun parit yang dalam guna mempertahankan dari serangan Banten atau Mataram.

Bangunan itu juga pernah digunakan sebagai kediaman resmi pejabat tinggi kolonial antara tahun 1777 hingga 1780.

Johannes Sieberg membeli rumah tersebut setelah De Klerk meninggal pada 1780. Dia kemudian menjadi Gubernur Jenderal pada 1801-1805 dan tinggal di sana selama masa pemerintahan Prancis dan Inggris.

Dalam sejarahnya Gedung Arsip Nasional sempat berpindah-pindah kepemilikan, yakni dari Johannes Sieberg ke Lambertus Zegers Veeckens lalu Joan Cornells Mayer hingga ke Leendert Miero. Berbeda dengan beberapa pemilik sebelumnya yang kaya raya, Leendert Miero merupakan serdadu rendahan Belanda.

Niatnya membeli rumah ini dipicu rasa dendam pada sang pemilik rumah 30 tahun sebelumnya yakni De Klerk. Di sana dia pernah dihukum 50 cambukan rotan karena tertidur saat jaga piket menjaga pintu gerbang.

Sejak saat itu dia bersumpah, apabila memiliki uang akan membeli rumah tersebut. Masih menyimpan dendam, setiap 15 tahun sekali Miero mengundang khalayak untuk merayakan pemukulan dirinya di halaman Villa Molenvliet.

Selepas kematian Miero, Vila Molenvliet dijual kepada College van der Hervormde Gemeente dan dirombak untuk dijadikan gereja dan panti asuhan.

Pada 1900, gedung ini sempat akan dibongkar dan dijadikan pertokoan namun dihalangi oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Perhimpunan Batavia untuk Seni dan Ilmu) yang didirikan oleh De Klerk. Setelah itu, gedung dimanfaatkan sebagai kantor departemen pertambangan pemerintah kolonial dan kemudian dijadikan Landsarchief (Arsip Negara) pada 1925. 

Gedung ini sempat terancam dibongkar lagi pada 1992, namun demi melindungi sejarahnya, sekelompok pengusaha Belanda di bawah wadah Stichting Cadeau Indonesia (Yayasan Hadiah Indonesia) membantu menyelamatkannya.

Yayasan tersebut membeli gedung tersebut kemudian dijadikan hadiah HUT ke-50 RI. Setelah itu bangunan dipugar dan dijadikan museum.

Gedung Arsip Nasional Sekarang

Sejarah Gedung Arsip Nasional membuat gedung ini semakin menarik untuk dikunjungi, baik untuk mempelajari sejarahnya atau hanya untuk menikmati keindahan arsitekturnya. Tidak hanya berperan sebagai tempat bersejarah, ternyata gedung yang bisa menampung kurang lebih 500 orang ini juga menjadi tempat pernikahan.

Editor: Rizal Bomantama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut