Sumpah Pemuda, Teknologi Digital, dan Hoaks
Elpa Hermawan, SIkom, MM
Dosen Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika
SETIAP 28 Oktober, rakyat Indonesia merayakan Hari Sumpah Pemuda. Sejak dideklarasikan pada 1928, berarti tahun ini sudah masuk 92 tahun.
Pada saat itu, beragam organisasi kepemudaan dari basis daerah seperti Jong Java, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon dan lainnya bersama perhimpunan pelajar-pelajar mendeklarasikan diri berbangsa satu, berbahasa satu, bertumpah darah satu: Indonesia.
Menariknya komitmen para pemuda di era dahulu dilakukan dengan dasar rasa cinta memiliki yang tinggi demi mewujudkan berdirinya negara Indonesia tanpa alat komunikasi modern dan canggih seperti saat ini. Hal itu dilakukan dengan mulut ke mulut maupun lewat surat menyurat.
Tentunya tantangan pemuda pada 1928 sangat berbeda dengan sekarang ini. Bila dulu pemuda Indonesia bersatu menghadapi penjajah, saat ini dihadapkan pada era kompetisi global yang jauh lebih sulit. Maka, pemuda Indonesia harus bersatu agar kemajuan dan keunggulan bangsa dapat terwujud.
Di era kemajuan teknologi ini, para pemuda dapat melakukan berpuluh-puluh kali lipat lebih baik dibandingkan para pendahulunya di awal abad 20. Tingginya akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi, serta mudahnya berpindah dari satu tempat ke tempat lain membuat berkumpul, berdiskusi dan bertukar gagasan lebih mudah.
Teknologi digital tersedia dan bisa diakses hampir oleh semua lapisan masyarakat. Dengan kemajuan zaman seperti sekarang, komunikasi tetap bisa dilakukan sekalipun terpisah oleh ruang dan waktu. Inilah era digital, bahkan kita telah memasuki era disrupsi, era revolusi industri 4.0.
Merujuk perjuangan Sumpah Pemuda 1928, kita yang hidup di era digital saat ini pun sesungguhnya mampu mewujudkan Sumpah Pemuda 4.0. Salah satunya memanfaatkan teknologi digital dengan memperkuat jejaring. Sebagai generasi penerus bangsa, perbanyak aktivitas dengan saling berbagi pengetahuan, berdiskusi, tukar ide atau informasi serta kerja sama yang produktif dan positif secara online.
Pada generasi saat ini harus diakui sisi kehidupan sangat dipengaruhi oleh dunia digital. Selain lingkungan kerja, dalam keluarga, lingkungan sekitar, sekolah dan pertemanan pun juga turut menggunakan kemajuan teknologi mumpuni, termasuk di dalamnya media sosial (medsos).
Ancaman Hoaks
Kemunculan berbagai teknologi memengaruhi perubahan tatanan sosial, ekonomi dan politik yang sudah mapan di masyarakat. Lompatan-lompatan ini yang kemudian memicu semua tergantung teknologi digital seperti e-learning, e-commerce, dan sebagainya.
Jika hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas SDM dan pembentukan karakter sebagai identitas bangsa, akan mudah tersulut dan terbawa arus perpecahan dan lunturnya nilai-nilai Pancasila.
Namun sayangnya terakhir ini, banyak generasi muda yang mudah terjebak oleh isu atau berita yang tidak jelas atau bohong alias hoaks tanpa dilakukan kroscek terlebih dahulu yang akhirnya mengadu domba satu sama lain.
Misalnya, sehari Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja disahkan menjadi undang-undang pada Senin (5/10/2020), massa melakukan aksi unjuk rasa di Jakarta dan di sejumlah kota di Indonesia. Puncaknya, Kamis (8/10/2020), saat aksi demo berubah menjadi aksi vandalisme karena banyak fasilitas publik di Jakarta yang dihancurkan dan dibakar.
Sungguh disayangkan ada pihak yang diduga berusaha memanfaatkan situasi guna memperkeruh suasana dengan melempar berita bohong atau hoaks. Alhasil banyak pihak yang karena ketidaktahuannya terkait UU Cipta Kerja pun berbondong-bondong menolak, termasuk kaum pemuda dan pelajar.
Mereka menjadi korban hoaks yang sengaja dilempar oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab dan disebarkan secara masif lewat medsos karena mudah diakses oleh semua orang.
Aksi massa menjurus ke tindakan anarkis ini sebetulnya bisa dicegah dan tidak perlu terjadi bila kita mampu meredamnya dengan pengetahuan dan mencari tahu kebenarannya. Terlebih di era saat ini, akses terbuka lebar dengan mempelajari isu-isu yang berkembang di masyarakat dengan bantuan teknologi digital.
Para pemuda seharusnya bisa lebih cerdas lagi dalam mencerna informasi yang menyesatkan. Bila mendapat info dari medsos, hal itu sebenarnya bisa ditelusuri lebih dalam dan lanjut yakni mengakses dari berbagai sumber berita yang selama ini bisa dipercaya kebenarannya. Lalu masalah tersebut juga bisa didiskusikan dengan kepala dingin dan secara intelektual dengan sajian fakta-fakta yang riil.
Sebagai generasi muda penerus bangsa, kita jangan mau terus menerus diadu domba oleh sekelompok pihak yang menginginkan keuntungan semata dan tak ingin melihat kemajuan atau perubahan lebih baik lagi. Pada akhirnya hal itu berujung pertikaian dan kehancuran yang bisa berakibat fatal dan menyesal pada akhirnya.
Pemuda Kreatif dan Inovatif
Daripada membuat kerusuhan dan tindakan anarkis, lebih baik para pemuda mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya di bidang teknologi digital yang tengah berkembang pesat dan dipercepat ini. Pemerintah pun meminta para pengusaha, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) maupun pihak yang memulai usaha pelaku bisnis kreatif untuk go digital.
Jadi sudah saatnya para pemuda mampu menjawab tantangan zaman. Spirit yang bisa kita dapatkan dalam Sumpah Pemuda ini yaitu jiwa muda yang serba ingin maju, berjiwa penemu, dan selalu ingin mencoba hal baru.
Dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0, pemuda dituntut untuk kreatif, inovatif dan tidak lupa untuk tetap menjaga Kebhinekaan di Indonesia. Diperlukan penguatan kualitas pemuda ke depan agar apa yang kita inginkan, pemuda-pemuda yang memiliki keterampilan, sikap profesional, serta berintegritas bisa terwujud.
Generasi muda juga perlu mengembangkan keahliaan sesuai dengan revolusi teknologi abad ini. Ini dikarenakan bakal ada pekerjaan yang punah dan akan digantikan oleh mesin dan komputer.
Di era serba maju sekarang, kita harus mengembangkan diri agar punya kemampuan zaman ini. Keterampilan manusiawi yang juga dibutuhkan pada saat ini. Selain hard skill tapi juga punya soft skill seperti kemampuan komunikasi dan orientasi pelayanan tinggi, sehingga bisa memberikan layanan terbaik dan humanis.
Refleksi di Hari Sumpah Pemuda ini bisa memberikan motivasi bagi kita untuk introspeksi dan menakar diri menjadi lebih baik lagi yang diperuntukan membangun Bangsa Indonesia.
Editor: Zen Teguh