Tradisi Nyorog Asal Betawi: Berawal dari Sesajen untuk Dewi Sri dan Berkembang Menjadi Ajang Silaturahmi
JAKARTA, iNews.id - Nyorog merupakan tradisi khas Betawi yang masih ada sampai saat ini. Biasanya, tradisi tersebut digelar untuk menyambut bulan Ramadan.
Dalam bahasa Betawi, Nyorog artinya menghantar atau mengantarkan sesuatu. Pada praktiknya, tradisi ini memang berupa kegiatan mengantarkan makanan kepada orang yang dituakan atau anggota keluarga yang sudah tua.
Adapun sejarah hingga pelaksanaan tradisi Nyorog yang patut untuk diketahui adalah sebagai berikut.
Jauh sebelum Islam masuk ke tanah Jawa, masyarakat Betawi sering menggelar ritus baritan atau sedekah bumi. Dalam acara adat tersebut, masyarakat akan mengantarkan sesajen yang dipersembahkan kepada Dewi Sri.
Semua itu dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas kemakmuran yang diberikan oleh Dewi Sri kepada seluruh makhluk. Tak hanya itu, masyarakat juga bersyukur atas kesuburan tanah dan hasil bumi yang melimpah.
“Pada peristiwa ritus, misalnya ritus baritan atau ritus sedekah bumi, itu menjadi sajenan sembahan kepada Dewi Sri atau Dewi kemakmuran karena masyarakat sudah diberikan kesuburan tanahnya, sama keberhasilan tanamannya yang melimpah ruah. Jadi, ada ritus sajenan, sedekah bumi," kata Budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra, dikutip iNews.id dari Okezone.com, Rabu (8/3/2023).
Namun seiring dengan masuknya Islam di tanah Jawa, tradisi tersebut sedikit berubah. Masyarakat Betawi tetap mengantarkan makanan, tetapi bukan dalam bentuk sesajen dan bukan untuk Dewi Sri, melainkan untuk orang-orang yang dituakan.
Mereka melakukan itu sambil bersilaturahmi ke rumah orang-orang yang dituakan atau dihormati menjelang bulan Ramadhan. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua.
“Pada saat sekarang, ide (nyorog) itu oleh orang-orang dahulu kala, orang Betawi dulu, dijadikan sebagai memberikan penghormatan dan silaturahmi kepada orang-orang yang kita hormatin," ujar Yahya Andi Saputra.
"Misalnya, kalau saya punya Abang, punya encang, encing, saya nyorog ke rumahnya. Kita anterin sesuatu kepadanya, kita silaturahim, minta maaf, karena menyambut saat-saat mulia, menyambut bulan puasa," imbuhnya.
Walaupun sudah mulai langka, beberapa orang Betawi asli masih menjaga adat tersebut. Namun, beberapa orang memilih untuk hanya mengirimkan makanan melalui kurir tanpa mendatangi rumah orang yang dituakan.
Dilansir dari situs Dinas Kebudayaan Jakarta, makanan yang dikirimkan bisa berupa bahan mentah, seperti gula, susu, kopi, sirup, beras, daging kerbau, dan lain sebagainya. Selain itu, terdapat pula makanan khas Betawi, seperti sayur gabus pucung, semur, dan lain-lain.
Pada perkembangannya, menurut situs Seni Budaya Betawi, Nyorog tak hanya dilakukan menjelang Ramadan, tetapi juga menjelang Idul Fitri. Selain itu, pihak calon mempelai laki-laki juga biasanya menghantarkan atau Nyorog makanan ke keluarga calon mempelai perempuan sebelum pelaksanaan lamaran.
Editor: Komaruddin Bagja