UAI Gandeng University of Edinburgh Hadirkan Kampus Ramah Disabilitas
JAKARTA, iNews.id - Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) bekerja sama dengan University of Edinburgh, Inggris, untuk menghadirkan kampus ramah disabilitas. Kerja sama ditandai dengan kunjungan Profesor Bidang Tunanetra sekaligus Presiden The International Council for Education of People with Visual Impairment (ICEVI) John Ravenscroft dan pengajar Pendidikan Inklusif untuk tunanetra dari University of Edinburgh ke UAI pada pertengahan Mei 2024.
Kehadiran tim dari University of Edinburgh ke UAI terkait pelaksanaan Hibah UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant dari British Council Indonesia 2024.
John dan Elizabeth hadir untuk menyempurnakan pelaksanaan proyek kerja sama UAI dan University of Edinburgh yang disokong oleh dana hibah dari British Council. Serangkaian kegiatan selama pada 13-17 Mei 2024 yang dilakukan di antaranya observasi kampus dan pelatihan seputar materi pembelajaran yang aksesibel terhadap disabilitas, khususnya teman netra, hingga diskusi bersama untuk mempersiapkan kesesuaian penerapan kampus ramah disabilitas.
"Alhamdulillah, Profesor John dan Dr Elizabeth sangat antusias, sebagaimana kami di sini. Mereka mengobservasi lingkungan kampus, terkait persiapan kita menjadi kampus inklusif," kata Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi UAI Gusmia Arianti dalam keterangannya, Jumat (31/5/2024).
Gusmia juga menjelaskan kerja sama Prodi Ilkom UAI dan Universitas Edinbrugh merupakan implementasi hibah bertajuk UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant dari British Council Indonesia.
Selama di Jakarta, John dan Elizabeth melakukan beberapa kegiatan seperti penilaian terhadap kesesuaian lingkungan kampus UAI, persiapan pengajar membuat materi aksesibilitas, hingga melakukan komparasi berdasarkan pengalaman mahasiswa tunanetra dari berbagai perguruan tinggi di Jabodetabek.
Serangkaian kegiatan ini diharapkan dapat menyempurnakan kesiapan kampus ramah disabilitas yang berstandar internasional. Kegiatan itu juga diharapkan dapat dimplementasikan di UAI sebagai universitas penggagas.
“Kami akan menilai dengan sangat objektif sesuai dengan pengalaman dan instrumen yang ada. Tentu kami akan memberikan masukan sesuai standar yang ada. Lingkungan aksesibel tidak hanya dari fasilitas, tetapi juga kesiapan sosial, termasuk pengajar,” katanya di sela observasi.
Selain observasi dan asesmen, John dan Elizabeth juga menyampaikan materi dan pelatihan singkat untuk dosen-dosen terkait pembelajaran ramah teman netra. Kegiatan berlangsung hangat dan mencerahkan.
Melalui diskusi interaktif, keduanya berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang cara menangani teman netra dalam pembelajaran, termasuk membuat media belajar yang mudah diakses penyandang netra.
Kegiatan diakhiri dengan pemutaran video ucapan terima kasih dari para dosen dan pemberian cenderamata berupa blankon dan selendang batik. John sangat terkesan dengan kegiatan dan pertemuan ini.
Dia dan Elizabeth mendapatkan perspektif baru terkait aktivitas dan isu yang digeluti setelah mengunjungi UAI dan berdiskusi dengan para dosen.
“Rasanya tidak ingin kembali lagi dan masih ingin berdiskusi bersama Anda semua. Terimakasih atas sambutan hangatnya, tidak sabar melihat progres kalian di tahun depan. Sampai jumpa tahun depan, kawan,” kata John dalam sambutan akhirnya.
"Selama kita terbuka, bersedia menyamakan visi dan bekerja sama, insya Allah kampus inklusif tidak sulit diwujudkan. Semoga hibah sejenis UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant dari British Council Indonesia ini dapat terus tersedia untuk menyempurnakan berbagai kesiapan kita, khususnya di perguruan tinggi dalam memberi akses yang inklusif," kata dosen UAI Cut Meutia Karolina.
Editor: Rizky Agustian