JAKARTA, iNews.id - Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin yakin Rusia tidak akan menggunakan senjata nuklir dalam konflik dengan negaranya. Setidaknya ada tiga alasan yang dikemukakan Vasyl.
Hal itu diungkapkan Vasyl dalam wawancara eksklusif dengan MNC Portal Indonesia di Jakarta pada awal pekan ini.
Media Asing Soroti Keputusan Indonesia Nobatkan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional
"Pertama, jujur saja, jika Anda mau memprediksi atau mengantisipasi tindakan Putin tidak bisa, karena dia tidak bertindak dengan logika. Dia tidak bisa diprediksi, tapi mau segila apapun Putin, dia tidak mau mati," ujar Vasyl dikutip Rabu (9/3/2022).
Dia menyampaikan Putin saat ini sedang bersembunyi dan menjauhkan dirinya. Menurutnya, jika nuklir ini diluncurkan masih ada kemungkinan Putin ikut mati.
Sejumlah Penjarah Rumah Warga di Ukraina Ditangkap, Diikat di Tiang dan Dipermalukan
"Kedua, tidak semudah itu untuk menekan "tombol merah", dan saya tebak, saya memiliki laporan dan juga rumor dari Rusia, mereka sendiri tidak mau mati. Jadi, untuk menekan tombol itu, butuh banyak orang, dan beberapa orang harus menekan tombol itu bersamaan, jadi jika satu link di rantai ini tidak berfungsi, maka yang lain juga tidak akan berfungsi," ucapnya.
Vasyl menyatakan yang dikejar Rusia bukanlah kekuasaan atau seberapa besarnya kuasa Rusia, tetapi ini semua soal uang. Ini berbeda dengan masa Uni Soviet di mana kuasa menjadi fokusnya, karena di masa itu tidak ada yang peduli soal uang karena semua orang miskin.
"Sekarang, semuanya berbeda, apa yang dikejar semua tentang miliaran hingga triliunan uang, Ferrari, dan mereka tidak mau mati dan terisolasi. Kalau mereka menyerang, semuanya akan berakhir. Saya yakin mereka tidak mau karena masih ada hal-hal yang mereka ingin kejar di luar Rusia," ujarnya.
Alasan ketiga, mayoritas dari senjata nuklir Rusia diproduksi di era tahun 1960 hingga 1970-an, dan mereka semua diproduksi di Ukraina. Dia mengingatkan terkait apa yang terjadi dengan senjata-senjata ini ketika usianya sudah tua, sekitar 50-60 tahun.
"Selama 30 tahun, setelah kemerdekaan Ukraina, setiap tahun sekelompok insinyur, ahli, dan ilmuwan Ukraina pergi ke Rusia dan memastikan maintenance misil berjalan dengan baik. Karena kalau tidak ada maintenance, kalau seandainya misil itu meledak di base bahkan sebelum diluncurkan, itu berbahaya," ujar Vasyl.
Maka dari itu, perlu adanya maintenance dan testing rutin karena misil-misil nuklir ini sudah menua. Dan sejak tahun 2014, tidak ada satupun ahli dari Ukraina yang pergi ke Rusia untuk melakukan maintenance.
"Jadi misil-misil itu tidak memperoleh maintenance selama delapan tahun terakhir, dan kami dari Ukraina tidak pernah melakukan transfer teknologi dan pengetahuan ke Rusia. Mereka tidak bisa maintenance, dan kalau mereka pintar, mereka pasti tahu bahwa misil-misil itu tidak akan aman untuk diluncurkan tanpa maintenance," tuturnya.
Vasyl Hamianin mengatakan perang antara Rusia-Ukraina ini ikut melibatkan Eropa dan dunia. Skala invasi ini sangat terduga di abad ke-21, dan setelah perang ini, dunia, menurut Vasyl, tak akan lagi sama. Hal ini karena Rusia sebagai agresor merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
Editor: Rizal Bomantama
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku