Unair Uji Klinis Obat Covid-19, BIN: Sudah Terbukti Sembuhkan 754 Orang
JAKARTA, iNews.id – Obat Covid-19 temuan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bekerja sama dengan Badan Intelijen Negara (BIN) dan TNI AD memicu polemik. Validitas obat itu dipertanyakan, benarkah sanggup menyembuhkan pasien?.
Pertanyaan ini pula yang terlontar dalam acara Prime Show with Ira Koesno di stasiun televisi iNews. Dilansir dari kanal YouTube Official iNews, Ira Koesno mempertanyakan detail obat Covid-19 yang akan diuji klinis oleh Unair tersebut.
"Ini kemarin, KSAD sudah menyerahterimakan uji klinis kepada BPOM dan Bu Penny, kepala BPOM (Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny Lukito). Sudah memberikan juga beberapa tanggapan kritis terhadap apa yang disampaikan," kata Ira Koesno, Kamis (20/8/2020).
"Utamanya, sebenarnya, adalah diminta perbaikan dalam proses uji klinis arena validitasnya dianggap masih harus dilakukan lagi. Kalau ini diterima, apasi detail yang akan diperbaiki?" tanya Ira kepada Sekretaris Utama (Sestama) BIN Komjen Pol Bambang Sunarwibowo yang hadir sebagai tamu.

Bambang menuturkan, yang paling mengerti tentang detail obat tentu para peneliti Unair. Dia mengakui muncul banyak pendapat terkait penemuan obat tersebut. BIN menganggap perbedaan pandangan itu sebagai hal wajar di negara demokrasi.
Dia menyampaikan, BPOM memiliki wewenang untuk menyampaikan detail obat Covid-19 karena merupakan lembaga resmi yang telah ditunjuk pemerintah. Karena itu lah, Unair bersama BIN dan TNI AD menyerahkan kepada BPOM terkait dengan penyempurnaan uji klinis.
"Saya tidak tahu apakah kami atau mungkin tim riset harus melaporkan ke Pak Pandu (Epidemiolog UI Pandu Riono yang juga hadir sebagai tamu). Jika mungkin diubah sistem, ya silakan saja kalau negara tetapkan itu," kata dia.
Namun Bambang menegaskan, obat Covid-19 buatan Indonesia telah terbukti khasiatnya. Kombinasi obat temuan Unair ini telah menyembuhkan ratusan pasien.
"Sementara, kita sudah terbukti 754 orang itu sembuh. Faktanya seperti itu, yang diberikan (obat) juga kepada orang-orang yang positif Covid-19," kata Bambang.
Sementara itu Pandu Riono yang juga menjadi bintang tamu menuturkan, sebaiknya obat Covid-19 buatan Indonesia jangan dulu dikatakan berhasil. Sebab, obat tersebut masih harus dievaluasi oleh BPOM.
"Jadi sebelum dievaluasi oleh BPOM, kita sebaiknya menahan diri untuk tidak menyatakan bahwa ini sudah berhasil karena keberhasilan itu masih dievaluasi. Apakah betul-betul valid atau ada faktor lain," ucapnya.
Pandu juga meminta bagaimana dalam penemuan obat itu harus mengikuti protokol. Soal randomisasi, misalnya, dia juga mempertanyakan bagaimana random (pasien) itu dilakukan.
“Itukan membagi beberapa kelompok. Apakah kelompok-kelompok itu bisa dibandingkan, lalu bagaimana mengukur keberhasilan. Dengan demikian, kita akan bisa lebih yakin, 'oh ya berhasil', kalau semua prosedur itu sudah dilakukan dengan baik," ucap Pandu.
Editor: Zen Teguh