Viral Didit Prabowo Salami Kakak Marsinah hingga Membungkuk, Ini Fotonya!

JAKARTA, iNews.id - Marsinah, ikon perjuangan hak-hak pekerja, resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto. Penganugerahan dilakukan di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025). 

Hadir dalam acara itu, kakak Marsinah, Marsini, selaku ahli waris. Marsini hadir mengenakan kebaya merah dipadukan dengan hijab merah. Dia mengucapkan terima kasih tak terhingga atas penetapan kakaknya, Marsinah, sebagai Pahlawan Nasional. 

Baca Juga

Anggota NATO Ini Minta Eropa Tidak Dipersenjatai Habis-habisan

"Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden Prabowo, terima kasih sebesar-besarnya untuk anugerah yang diberikan untuk adik saya, Marsinah," kata Marsini. 

"Saya tidak menyangka, Marsinah jadi orang besar bahkan membanggakan seluruh Indonesia, khususnya Nganjuk. Nganjuk punya pahlawan nasional sekarang," tambahnya. 

Baca Juga

Momen Haru Keluarga Marsinah Menangis saat Prabowo Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional

Di momen istimewa ini, putra Prabowo Subianto, Ragowo Hediprasetyo Djojohadikusumo alias Didit Prabowo hadir untuk menyalami satu per satu para ahli waris 10 pahlawan nasional. 

Saat memberi selamat kepada kakak Marsinah, gestur tubuh Didit Prabowo mencuri perhatian publik. Sebab, Didit tidak sekadar menjabat tangan Marsini, melainkan membungkukkan tubuhnya seraya menempelkan jidat di tangan Marsini. 

Baca Juga

Sosok Marsinah, Aktivis Buruh Pabrik asal Nganjuk yang Dianugerahi Pahlawan Nasional

Gerakan tubuh tanda hormat Didit kepada keluarga Marsinah ini pun mencuri perhatian publik. Sebab, Didit sampai membungkukkan badan di hadapan kakak Marsinah. 

Marsinah dikenal sebagai simbol keberanian moral dalam memperjuangkan hak pekerja. Aktivis buruh perempuan asal Desa Nglundo, Nganjuk itu lahir dari keluarga petani sederhana. Namun idealismenya membuat namanya dikenang hingga saat ini. 

Sebagai bentuk penghormatan atas jasa para pahlawan demi bangsa dan negara Indonesia, pemerintah memberikan tunjangan sebesar Rp57 juta per tahun untuk ahli waris. 

Editor: Muhammad Sukardi