Wapres Berbagi Pengalaman Puasa dengan Para Dubes
JAKARTA, iNews.id - Wakil Presiden M Jusuf Kalla berbagi pengalaman berpuasa dengan para duta besar negara sahabat saat buka puasa bersama di Istana Wakil Presiden, Jakarta. Wapres memulai dengan menceritakan pengalamannya saat melawat ke Madrid setelah dari Amerika Serikat (AS) di bulan Ramadan.
Setiba di hotel, JK bersama teman-temannya mencari kafe untuk makan dan minum. Tibalah di sebuah kafe dengan seorang pelayan Maroko bernama Ahmad.
Ahmad, pelayan asal Maroko tersebut bertanya kepada JK, "Apakah anda muslim?" Wapres JK pun menjawab dirinya muslim.
Melihat JK sebagai seorang muslim, sang pelayan bertanya kenapa JK tidak berpuasa? JK menjawab, dia tidak berpuasa karena tengah bepergian (musafir) dan baru mendarat setelah terbang dari AS sehingga diperbolehkan untuk tidak berpuasa.
Tak puas dengan jawaban Wapres, sang pelayan bertanya," apakah bepergian dengan pesawat?" JK pun menjawab benar.
Mendengar jawaban tersebut, sang pelayan berkata bahwa naik pesawat tentunya bisa berpuasa tak perlu membatalkan diri.
"Anda bukan musafir, Anda masih tetap pantas berpuasa," kata sang pelayan.
Saat itu disela oleh teman JK yang juga tengah berada di kafe tersebut, dan mengatakan JK merupakan Wakil Presiden dari Indonesia.
Mendengar jawaban tersebut, sang pelayanpun menjawab. "Apalagi seorang wakil presiden, seharusnya menjadi contoh> Sekarang Anda saya kasih kopi, tapi besok puasa," kata pelayan tersebut ditirukan JK. Mendengar cerita ini, para hadirin yang ikut buka puasa bersama tersebut tertawa.
Setelah itu, JK juga meminta para dubes menceritakan pengalamannya saat puasa di Indonesia. Pejabat dari Kedutaan Maroko menyampaikan, berpuasa di Indonesia menyenangkan karena waktu puasa lebih cepat dibandingkan dengan Maroko yang bisa 17-19 jam. Selain itu, cuaca di Jakarta tidak terlalu panas dibandingkan Maroko.
Pejabat dari Kedutaan Besar Nigeria mengatakan puasa di Indonesia sangat nyaman. Meski tidak ada perbedaan dalam waktu lamanya berpuasa namun cuaca di Nigeria jauh lebih panas. Selain itu, menurut dia, salat Tarawih di Indonesia jauh lebih cepat dibandingkan di Nigeria.
Sementara Pejabat Kedutaan Asal Bangladesh mengatakan, kemacetan lalu lintas menjadi pemandangan sehari-hari saat menjelang berbuka puasa. Pejabat konselor asal Mesir mengatakan, berpuasa di Indonesia mengingatkan dirinya akan tanah airnya. Karena banyak imam di Indonesia lulusan Al-Azhar, Mesir.
Editor: Azhar Azis