JAKARTA, iNews.id - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat mewaspadai meningkatnya potensi siklon tropis di wilayah selatan Indonesia. Fenomena itu dapat memicu hujan ekstrem dan angin kencang di wilayah pesisir selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.
Dia menambahkan periode siklon tropis di wilayah selatan Indonesia mulai aktif pada November 2025. Sehingga masyarakat perlu mewaspadai potensi terbentuknya sistem tekanan rendah di sekitar Samudera Hindia yang dapat berkembang menjadi siklon tropis.
Menhan Belousov: Rusia Harus Bersiap Uji Senjata Nuklir Skala Penuh untuk Merespons AS
“Siklon tropis yang berkembang di Samudera Hindia dapat memicu peningkatan curah hujan secara drastis dan menyebabkan banjir besar di wilayah pesisir. Kami mengimbau pemerintah daerah untuk memastikan kesiapsiagaan infrastruktur dan masyarakat terhadap kemungkinan dampak bencana,” kata Dwikorita dalam konferensi pers virtual, dikutip Senin (3/11/2025).
Dia mengatakan pemantauan BMKG terhadap suhu muka laut di Samudera Pasifik menunjukkan terjadi pendinginan di wilayah Pasifik dan melewati ambang batas La Niña dalam dua bulan terakhir. Pada September, terjadi anomali suhu muka laut di Pasifik tengah dan timur sebesar -0,54 derajat celsius.
BMKG Beberkan 4 Faktor Fenomena Atmosfer Pemicu Hujan Ekstrem Sepekan ke Depan
Sedangkan pada Oktober sebesar -0,61 derajat celsius. Sementara itu, kondisi atmosfer juga menunjukkan adanya penguatan angin timuran.
Dua indikasi tersebut, kata dia, menandakan perkembangan awal La Nina dan menunjukkan La Nina lemah telah terjadi. Namun demikian, Dwikorita menjelaskan fenomena ini tidak akan berdampak signifikan terhadap curah hujan di Indonesia, karena kondisi hujan pada November–Desember 2025 hingga Januari–Februari 2026 diprediksi tetap berada pada kategori normal.
BMKG Minta Masyarakat Waspadai Potensi Hujan Ekstrem Sepekan ke Depan
3.548 Warga Bekasi Terdampak Banjir, BMKG: Waspadai Cuaca Ekstrem
Sebagai langkah mitigasi, BMKG bersama BNPB dan unsur terkait tengah melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Jawa Tengah dan Jawa Barat untuk mengurangi risiko banjir dan tanah longsor.
Di Jawa Tengah, operasi yang berlangsung sejak 25 Oktober hingga 3 November berhasil menekan curah hujan hingga 43,26 persen, sedangkan di Jawa Barat mencapai pengurangan 31,54 persen.
BMKG Ungkap Puncak Musim Hujan Berlangsung Lebih Panjang dari Biasanya
“OMC menjadi contoh nyata bagaimana sains dan kolaborasi lintas lembaga dapat langsung membantu masyarakat menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi,” ucapnya.
Dwikorita mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang bisa terjadi secara mendadak. Ketika hujan lebat turun disertai petir dan angin kencang, masyarakat disarankan untuk menjauhi area terbuka, pohon, atau bangunan yang rapuh.
Cuaca terik yang masih terjadi di beberapa wilayah juga memerlukan perhatian dengan menjaga asupan cairan tubuh dan menggunakan pelindung kulit. Selain itu, tambah dia, kesiapsiagaan terhadap potensi banjir, banjir bandang, dan tanah longsor perlu terus ditingkatkan, terutama di wilayah dengan topografi curam dan daerah aliran sungai.
"Apabila dapat dimitigasi dengan tepat, maka musim hujan dan puncak musim hujan yang diprediksi akan lebih panjang dari normalnya ini, akan menjadi bermanfaat bagi pertanian dan untuk mendukung ketahanan pangan," tuturnya.
Editor: Rizky Agustian
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku