Wawancara Eksklusif Ganjar Pranowo: Program Kampanye Tak Sekadar Janji, tapi Harus Realistis
PONTIANAK, iNews.id - Calon Presiden (Capres) Nomor Urut 3 Ganjar Pranowo menyinggung program makan siang gratis yang diusung Capres-Cawapres Nomor Urut 2 Prabowo Subinato dan Gibran Rakabuming Raka. Program itu dianggarkan Rp400 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Ganjar menilai perhitungan anggaran Rp400 triliun itu tidak realistis. Sebab, pemerintah tengah membangun Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dengan anggaran hingga Rp466 triliun.
Sehingga, menurutnya, anggaran untuk program makan gratis itu perlu dicermati kembali.
"Kalau Rp400 triliun duit itu ada dan bisa diberikan, maka yang terjadi jika IKN satu tahun selesai, minimal essential force Kemhan (Kementerian Pertahanan) satu tahun selesai, tapi kita kesulitan, IKN saja kesulitan, kok mau kasih makan siang gratis," ucap Ganjar saat wawancara eksklusif di Pontianak, Sabtu (3/2/2024)
Dia pernah mencoba menanyakan program itu ketika debat capres, namun jawabannya kurang maksimal. Dia merasa ketika program itu ditanyakan justru terkesan seperti tanya jawab biasa tanpa pemaparan data-data yang komprehensif.
"Saya challenge, sayangnya waktu itu kita tidak berdebat, kita tanya jawab soal itu," kata mantan Gubernur Jawa Tengah tersebut.
Ganjar pun meminta kepada masyarakat untuk melihat program para capres-cawapres secara realistis. Jangan sampai masyarakat tergoda janji manis program yang sulit direalisasikan.
"Kan kita harus berjanji, berjanji itu harus (ditaati dan dijalankan). Kalau tidak janji, itu kan sebenarnya program, tinggal percaya atau tidak. Umpama (program) tiga kandidat ini percaya atau tidak," ujarnya.
Sebagai informasi, makan siang gratis bagi anak-anak merupakan program Capres-Cawapres Nomor Urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Program itu dianggarkan hingga Rp400 triliun.
Program itu dianggarkan dari APBN dengan membentuk Badan Penerimaan Negara (BPN) untuk meningkatkan rasio penerimaan negara terhadap PDB menjadi 23 persen demi menggenjot penerimaan negara.
Editor: Rizky Agustian