5 Masalah Mobil Kerap Terjadi saat Cuaca Ekstrem, Ini Harus Diperhatikan
JAKARTA, iNews.id - Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan Pulau Jawa berpotensi mengalami cuaca ekstrem hujan deras selama periode 21-28 Februari 2024. Adanya siklon tropis lincoln utara Australia dan kenaikan suhu permukaan di Laut Jawa menyebabkan menyebabkan cuaca ekstrem di beberapa wilayah.
Cuaca ekstrem turut berdampak pada kendaraan, yang berisiko lebih rentan kecelakaan akibat suhu udara lembap dan jalanan licin. "Berkendara di cuaca ekstrem membutuhkan kemampuan berkendara yang mumpuni dan kondisi kendaraan prima dengan perawatan ekstra dan rutin," ujar National Sales Manager Passenger Car Radial PT Hankook Tire Sales Indonesia, Apriyanto Yuwono dalam keterangan persnya.
Sebab itu, kenali masalah umum yang kerap dialami mobil saat musim hujan, serta cara mengatasinya.
1. Wiper mobil tidak berfungsi
Beberapa faktor dapat menyebabkan wiper mati, mulai dari karet yang sudah aus, sistem engkol yang kotor, hingga kabel penggerak sudah usang. Agar terhindar dari situasi wiper kendaraan tidak berfungsi secara optimal, pemilik kendaraan dapat melakukan beberapa langkah seperti periksa kondisi wiper secara rutin terutama sebelum musim hujan.
"Ganti sekring wiper dengan yang baru jika diperlukan. Gunakan air wiper yang berkualitas dan sesuai dengan spesifikasi mobil, lalu ganti karet wiper secara berkala, biasanya setiap enam bulan sekali," kata Apriyanto.
2. Aki mobil mati
Suhu udara yang lebih rendah serta kelembapan yang meningkat dapat menyebabkan aki bekerja dua kali lipat, terutama saat menghidupkan mesin. Komponen mobil seperti lampu kabut, unit AC, sound system dan wiper juga mengkonsumsi lebih banyak tenaga dari aki, yang mengakibatkan kapasitasnya berkurang drastis.
"Cek aki mobil sebelum berkendara, terutama jika akan melakukan perjalanan ke luar kota. Batasi penggunaan aki jika sudah berusia 2-3 tahun atau sudah menempuh jarak 50.000 km," ujar Apriyanto
3. Kaca mobil berembun
Cuaca dingin dan hujan seringkali menyebabkan embun terbentuk di kaca. Penyebab lainnya adalah kelembaban dalam kabin mobil karena paparan partikel air dari pendinginan udara AC.
Sebelum mengganggu visibilitas dan keamanan berkendara, lakukan service AC tiap tiga bulan sekali untuk mencegah proses pengembunan. Manfaatkan fitur resirkulasi pada mobil untuk mengalirkan udara dari luar ke dalam tanpa mengubah suhu AC, sehingga mencegah perbedaan suhu yang dapat menyebabkan embun terbentuk di kaca mobil.
4. Rem tidak pakem
Ketika berkendara di atas permukaan jalan yang basah, sistem pengereman mungkin menjadi kurang responsif. Air yang terjebak di antara kampas rem dan cakram dapat mengganggu kontak antara kedua komponen tersebut.
"Untuk menghindari kondisi tersebut, pengendara disarankan melakukan perawatan secara rutin untuk memeriksa kondisi minyak rem dan menggantinya, terutama jika mobil sudah mencapai 40.000 kilometer," kata Apriyanto.
Selain itu, ban yang sudah aus juga dapat mengurangi traksi sehingga membuat mobil sulit berhenti dalam kecepatan tinggi. Pada ban sudah terdapat simbol Tread Wear Indicator (TWI) untuk membantu pengendara mengukur batas keausan yang diperbolehkan. Jika kembang ban telah mencapai segitiga TWI, sebaiknya segera mengganti ban.
5. Risiko aquaplaning
Aquaplaning adalah kondisi ketika ban mobil kehilangan kontak dengan aspal karena genangan air, mengakibatkan hilangnya traksi dan ketidakstabilan kendaraan. Ini disebabkan ketebalan genangan air dan kecepatan mobil yang tinggi membuat alur ban tidak mampu mengalirkan air dengan efektif.
"Untuk mencegah aquaplaning, hindari kecepatan di atas 60 km/jam saat hujan. Pastikan juga kondisi ban tidak botak, karena hal ini dapat mengakibatkan ban tidak mampu melakukan pembuangan air dan menyulitkan pengereman, sehingga mobil kehilangan kendali," ujar Apriyanto.
Editor: Dani M Dahwilani