Ada Koenigsegg, CEO Bugatti Tak Berani Jajal Kecepatan Chiron

MOLSHEIM, iNews.id - Apa yang bisa membuat nama Bugatti dan VW Group bisa begitu sangat populer, bisa jadi gara-gara Bugatti Veyron. Hypercar pertama bermesin 8.000 cc W16 quad-turbo bertenaga 1.000 hp (horse power) ini sanggup menembus kecepatan 400 km/jam.
Dilansir dari Carscoops, Selasa (3/4/2018), Veyron sangat kencang buat sebuah mobil road legal alias bukan mobil balap. Setelah Veyron, tinggal tugas Bugatti Chiron untuk mempertahankan posisi Bugatti.
Ada sekitar 320 unit Bugatti Chiron yang terjual dari total kuota 500 unit. Namun Buggati tidak mau repot mengadakan uji coba kecepatan maksimalnya.
"Kami punya banyak urusan. Uji coba kecepatan maksimum bukan prioritas saya. Saya saja tidak tahu seberapa kencang mobil kami bisa lari," ujar Stephan Winkelmann, CEO Bugatti.
Sepertinya mereka belum mau membuktikan seberapa cepat Chiron bisa lari di atas aspal, bukan di kertas.
Saat ditanya apakah Bugatti akan melakukan uji coba kecepatan maksimum buat Bugatti Chiron, pria yang pernah jadi CEO Lamborghini dan Audi Sport itu hanya bilang tidak tahu.
"Mungkin, saya tidak tahu. Akan tetapi, gara-gara ini ada sebuah teori konspirasi yang muncul ke permukaan. Ingat, ini teori yang berdasarkan spekulasi kejadian yang sudah-sudah, namun jangan terlalu dipegang," kata Winkelmann.
Mungkin Bugatti sudah tahu kalau mobilnya tidak secepat Koenigsegg Agera RS yang memegang rekor tercepat. Kecepatan rata-rata Agera RS saat diuji berkisar 447,2 km/jam dan mencapai kecepatan tertinggi di angka 457,5 km/jam.
Adapun Bugatti Veyron Super Sport (ingat Veyron, bukan Chiron) yang sebelumnya memegang rekor mobil terkencang hanya menyentuh 440 km/jam.
Di mana permainan Bugatti dengan melakukan tes lari dari 0-400-0 km/jam langsung dihancurkan Koenigsegg, yang melakukan tes serupa dengan selisih 5,5 detik lebih cepat.
Teori yang tidak masuk akal adalah bahwa di Forza Motorsport 7, Koenigsegg One:1 bisa menang saat drag race sepanjang 1,6 km melawan Chiron, dan kemungkinan karena One:1 lebih enteng walaupun tenaganya lebih kecil.
Editor: Dani M Dahwilani