Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Toyota Ekspor Perdana ke Brunei pada 1987, Ini Mobil Pertama yang Mereka Kirim
Advertisement . Scroll to see content

Banyak Sumber Energi, Teknologi Kendaraan Hidrogen di Indonesia Lebih Menjanjikan

Rabu, 08 November 2023 - 16:51:00 WIB
Banyak Sumber Energi, Teknologi Kendaraan Hidrogen di Indonesia Lebih Menjanjikan
Sebagai sumber energi bersih dari hulu hingga hilir hidrogen lebih ramah lingkungan hanya mengeluarkan uap air dan tidak meninggalkan residu di udara. (Foto: TMMIN)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Indonesia memiliki kapasitas Energi Baru Terbarukan (EBT) yang sangat besar tersebar di berbagai wilayah. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara paling berpeluang dalam pengembangan EBT.

Salah satunya energi hijau hidrogen. Sebagai sumber energi bersih dari hulu hingga hilir hidrogen lebih ramah lingkungan hanya mengeluarkan uap air dan tidak meninggalkan residu di udara atau menambah emisi karbon gas rumah kaca. Sebab itu, teknologi tersebut sangat mendukung dalam pencapain target dekarbonisasi.

Ini pula yang dikembangkan pabrikan otomotif di dunia. Di samping pengembangan kendaraan berteknologi Internal Combussion Engine (ICE) yang ramah lebih lingkungan dengan efisiensi bahan bakar rendah emisi, kendaraan berteknologi elektrifikasi hingga penggunaan teknologi hidrogen menjadi opsi pengembangan bagi industri manufaktur otomotif. 

Potensi EBT hidrogen di Indonesia yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) tersebar terutama di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Papua. Pemerintah mengklaim Indonesia memiliki potensi memproduksi listrik dari EBT dengan kapasitas 3.000 gigawatt (GW) dan potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 12,5 GW.

Pemerintah optimistis dapat menambah produksi listrik dari sumber EBT hingga mencapai 21 GW sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN pada 2021-2030. Bahkan, negara tetangga Singapura telah menyatakan akan menyerap hidrogen hijau produksi Indonesia untuk kebutuhan domestiknya.

Menyadari masa depan hidrogen di sektor transportasi bisa berkontribusi mengejar target netralitas karbon pemerintah pada 2060, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mendukung seminar yang dilakukan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Mengusung tema “Percepatan pengembangan ekosistem hidrogen di sektor industri dan transportasi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 di Indonesia", ini selaras dengan potensi permintaan hidrogen khususnya di sektor transportasi yang semakin agresif.

“Pemanfaatan multi teknologi dari berbagai sumber energi yang berfokus pada reduksi emisi manjadi suatu keniscayaan untuk mengejar target NZE demi masa depan hijau bagi seluruh generasi. Ini terutama di sektor transportasi yang digadang-gadang menjadi salah satu fokus utama dalam dekarbonisasi," ujar Presiden Direktur PT TMMIN, Nandi Julyanto dalam seminar di UGM yang disiarkan secara online Rabu (8/11/2023).

Pemanfaatan hidrogen sejalan dengan misi dekarbonisasi sektor manufaktur yang ditargetkan Kementerian Perindustrian pada 2050 atau 10 tahun lebih dini dari target yang dicanangkan. Di sisi lain, Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) telah menggerakkan program Renewable Energy Based in Industrial Development (REBID) dengan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga air, tenaga surya, panas bumi, biomassa dan hydrogen.

“Dalam pengejaran Net Zero Emission di Indonesia, multi-parties sudah bergerak membuat tiga ekosistem, Biofuel, Baterai dan Hidrogen. Untuk Hidrogen sudah ada Pertamina, PLN, Pabrik Pupuk, dan Samator. Berbagai strategi hidrogen nasional yang dilakukan semua pihak, nyatanya Indonesia memiliki peluang besar dalam pengembangan hidrogen hijau agar tak tertinggal dengan kompetisi global dan segera diwujudkan demi generasi kini hingga anak cucu di masa depan,” ujar Wakil Presiden Direktur PT TMMIN, Bob Azam.

Salah satu leader teknologi hidrogen, Toyota Motor Corporation (TMC) mengembangkan Toyota Mirai yang mulai diproduksi secara massal pada 10 tahun lalu tepatnya pada 2014. Toyota Mirai merupakan kendaraan berbasis Fuell Cell Electric Vehicle (FCEV) yang tidak lagi mengandalkan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Toyota Mirai didesain sebagai mobil berteknologi motor listrik dan berbahan bakar hidrogen hingga saat ini sudah hadir dengan generasi ke-2 yang diluncurkan perdana pada 2019. Selain teknologi FCEV, Toyota juga tengah mengembangkan kendaraan dengan mesin pembakaran internal bertenaga hidrogen (Hidrogen Internal Combustion Engine/HICEV). 

Ini menandai langkah baru dalam teknologi Toyota untuk mencapai komitmen pencapaian NZE global pada 2050. Toyota meyakini dampak teknologi bersih dapat dirasakan penerapannya yang luas di seluruh pasar global.

Bob Azam menuturkan, Toyota Indonesia percaya harus ada solusi praktis dan berkelanjutan dengan menggabungkan berbagai pilihan teknologi seperti LCGC, flexy engine, HEV, PHEV, BEV, hingga hidrogen yang pada akhirnya menyesuaikan kebutuhan konsumen.

“Toyota Mirai dapat disaksikan secara langsung di xEV Center, fasilitas pembelajaran dan pengembangan kapabilitas elektrifikasi serta energi hijau milik PT TMMIN. Ke depan xEV Center akan meningkatkan fasilitasnya sebagai Toyota Capability Center dengan perluasan area Eco Renewable Energy dan Research lalu diikuti area Mobility. Dengan fokus utama bagi elektrifikasi teknologi di tahap pertama, fokus pada energi hijau akan menjadi target TMMIN di fase kedua pembangunan xEV center, sementara Mobility akan menjadi fokus di fase ketiga,” ujar Bob Azam.

Editor: Dani M Dahwilani

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut