Defensive Driving, Syarat Mengemudi Kendaraan Pandai Kendalikan Emosi
JAKARTA, iNews.id - Berkendara di kota besar yang padat dan krodit tidak hanya membutuhkan skill, tapi juga kedewasaan dalam menghadapi situasi di jalan. Memang, banyak hal yang kadang membuat emosi, namun bukan berarti kita boleh melakukan apa saja.
"Tipikal pengemudi di kota besar seperti Jakarta, maunya buru-buru. Salah sedikit bisa membuat emosi, jadi cepat naik darah. Itu tidak benar," ujar Ardi Luna, pengamat otomotif dan pemilik bengkel mobil Ardi's motor, saat ditemui iNews.id, baru-baru ini.
Ardi menuturkan, bila seseorang mengemudi dalam keadaan marah akal sehat menjadi tertutup. Akibatnya, timbul tindakan yang sebenarnya tidak perlu terjadi atau bahkan merugikan si pengemudi itu sendiri.
"Penyesalan muncul setelah kerugian terjadi, baik di sisi orang yang marah maupun pengguna jalan lain," katanya.
Ardi menyarankan salah satu upaya mencegah timbulnya amarah berlebihan adalah dengan menerapkan perilaku berkendara defensive.
"Bahasa kerennya defensive driving, ini teknik mengemudi yang mengutamakan pencegahan berbagai kemungkinan buruk. Artinya, juga kesediaan berbagi di jalan raya," ujar Ardi.
"Defensive driving mengajarkan pengemudi untuk mengelola emosinya dan tak mudah terpancing perilaku pengemudi lain," katanya.
Dia juga menyarankan hindari berkendara agresif, karena cepat tidak berarti harus agresif. Cara mengemudi yang agresif dapat mencelakakan bukan hanya diri sendiri, tapi juga pengguna jalan lain.
"Usahakan berkendara dengan pikiran positif agar tidak membuat badan Anda cepat lelah. Badan tidak lelah emosi bisa diredam," ujar Ardi.
Editor: Dani M Dahwilani