Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kemenhub bakal Kaji Diskon Tiket Pesawat ke Daerah Terdampak Bencana Banjir Sumatra
Advertisement . Scroll to see content

Investasi Besar, Toyota Sebut Mobil Buatan Dalam Negeri Berhak Dapat Insentif Bukan Impor

Jumat, 26 Juli 2024 - 18:03:00 WIB
Investasi Besar, Toyota Sebut Mobil Buatan Dalam Negeri Berhak Dapat Insentif Bukan Impor
Toyota mengungkapkan seharusnya yang berhak mendapat insentif adalah mobil produksi dalam negeri bukan impor. (Foto: iNews.id)
Advertisement . Scroll to see content

TANGERANG, iNews.id - Pemerintah Indonesia saat ini berupaya keras untuk meningkatkan penggunaan kendaraan listrik. Sejumlah kebijkan insentif dikeluarkan, termasuk memberikan keringanan pajak bea masuk bagi mobil listrik impor.

Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy mengatakan seharusnya yang berhak mendapat insentif hanya mobil produksi dalam negeri. Mengingat produsen yang melakukan perakitan secara lokal telah berinvestasi besar.

"Berikanlah insentif kepada produk-produk yang bisa mengurangi emisi. Kedua, berikanlah insentif kepada produk-produk yang memang sudah diproduksi di dalam negeri, bukan yang impor," kata Anton di GIIAS 2024, ICE BSD City, Tangerang, belum lama ini.

"Kalau produksi, saatnya kita berikan support karena itu berkontribusi langsung kepada ekonomi nasional," lanjutnya.

Mobil listrik saat ini mendapat kebijakan insentif berupa pembebasan pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) untuk pembelian mobil listrik secara impor utuh (Completely Built-Up/CBU) dan terurai lengkap (Completely Knocked-Down/CKD).

Tapi, bagi produsen yang masih melakukan impor dan ingin menikmati insentif, maka harus berkomitmen membangun pabrik dalam 5 tahun ke depan. Ini untuk memastikan mereka hadir bukan hanya untuk berjualan tapi juga ikut membangun ekosistem kendaraan listrik.

Plt Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Putu Juli Ardika mengatakan pihaknya sedang harmonisasi pajak kendaraan yang rendah emisi. Payung besarnya saat ini selain mengurangi emisi karbon, juga ketergantungan dengan impor bahan bakar.

"Kalau kita lihat memang battery electric vehicles bisa menghemat sampai dengan 100 persen bahan bakar yang digunakan di kendaraannya. Cuma kejadiannya di bawah karena tadi 60 persen kandungan listrik kita listrik yang fossil itu belum bisa mengurangi karbon emisi CO2," ujarnya.

Bahkan, Putu juga akan menyarankan insentif mobil hybrid untuk dipercepat karena terbukti ikut menekan emisi. Bahkan, kendaraan jenis tersebut juga bisa mengurangi impor minyak mentah yang digunakan sebagai bahan bakar.

"Hal yang menarik sebenarnya kita masih banyak sekali ruang bahwa PHEV itu bisa mengurangi konsumsi bahan bakar 70 persen, hybrid sampai 49 persen dibandingkan ICE, kalau kendaraan ICE, bisa kita migrasikan ke hybrid ini 50 persen bahan bakar kita bisa hemat, dan 50 persen emisi bisa kita kendalikan," katanya.

Editor: Dani M Dahwilani

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut