Krisis Chip Semikonduktor, Hyundai Genjot Produksi Inden Ioniq 5 Tembus 10 Bulan
JAKARTA, iNews.id – Industri otomotif khususnya mobil listrik masih mengalami masalah suplai chip semikonduktor. Namun Hyundai tetap mendorong produksi mobil listrik Ioniq 5.
Head of Marketing Department PT Hyundai Motors Indonesia (HMID), Astrid Ariani Wijana mengungkapkan saat ini sudah ada sekitar 3.000 pesanan Hyundai Ioniq 5. Dampaknya konsumen harus menunggu lebih lama untuk mendapatkan pesanannya.
HMID masih kesulitan dalam memenuhi permintaan pasar. Hal ini membuat konsumen yang baru saja melakukan pemesanan bisa mendapatkan unit yang mereka pesan dalam jangka waktu 15-18 bulan. Tapi, Astrid menegaskan PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) bakal menggenjot produksi Ioniq 5.
“HMMI sudah berjanji kepada kami bahwa mereka akan menggenjot produksi Ioniq 5. Jadi nanti konsumen hanya perlu menunggu 7-10 bulan saja, dari yang awalnya 15-18 bulan,” kata Astrid saat ditemui di Jakarta Pusat.
Hyundai Ioniq 5 masih menjadi mobil listrik idaman konsumen di Indonesia karena masuk dalam segmen SUV. Bagasi yang besar dan jarak tempuh tinggi juga membuatnya sangat cocok untuk digunakan untuk perjalanan jauh di Pulau Jawa.
Astrid mengakui pada gelaran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023, Hyundai Ioniq 5 masih membukukan penjualan yang cukup tinggi. Tetapi, proses produksi masih terhambat dalam memenuhi permintaan yang semakin meningkat.
“Kita sama sih seperti produsen lainnya yang juga terkendala semikonduktor. Dari sisi HMMI juga memberikan kami kepastian, dalam artian mereka akan berusaha memberikan suplai lebih banyak lagi,” ujarnya.
Sekadar informasi, Hyundai Ioniq 5 memiliki desain futuristik yang dilengkapi material ramah lingkungan. Mobil listrik ini juga menjadi yang pertama dibangun di atas Electric-Global Modular Platform (E-GMP).
Di Indonesia, Hyundai Ioniq 5 ditawarkan dalam empat varian yakni Prime standard range dibanderol Rp748 juta, Prime long range dijual Rp789 juta, Signature standard range dipasarkan Rp809 juta, dan Signature long range sebesar Rp859 juta.
Editor: Ismet Humaedi