Pengamat Berharap Mobil Nasional Sukses, Jangan Cuma Ganti Logo
 
                 
                JAKARTA, iNews.id - Indonesia sedang berusaha mewujudkan memiliki mobil nasional dalam 3 tahun ke depan. Presiden Prabowo Subianto bahkan telah mengalokasikan dana dan lokasi pabrik untuk membangun mobil nasional.
Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Pasaribu berharap mobil nasional bisa dibandingkan proyek masa lalu. Tapi, harus serius bukan hanya mengganti logo dari merek yang sudah ada.
 
                                    "Indonesia memiliki potensi nyata sukses dengan mobil nasional berbasis EV, asalkan fokus pada keunggulan komparatif-kompetitif yang dimilikinya," kata Yannes kepada jurnalis iNews.
Yannes menyarankan Indonesia harus bisa menjadi pemimpin dalam proyek mobil nasional. Sebab, kendaraan yang digadang sebagai mobil nasional tidak hanya mengganti logo model yang sudah ada di luar negeri.
 
                                    "Siap membangun pabriknya di Indonesia dengan konsep peningkatan TKDN yang real, demi menghindari pelanggaran WTO (Organisasi Perdagangan Dunia) dan rebadging. Kuncinya, kolaborasi dengan pemain besar dunia yang mau transfer teknologi intinya ke Indonesia," ujarnya.
 
                                    Untuk membangun mobil nasional, Yannes mengatakan hal tersebut bisa dilakukan secara bertahap. Menurutnya, tidak perlu dijual secara umum tapi digunakan untuk kendaraan dinas pejabat di seluruh Indonesia sekaligus promosi kepada masyarakat luas.
"Indonesia seharusnya bisa bersaing dengan fokus pada ceruk pasar yang dikendalikan pemerintah. Misal, dimulai dari armada EV untuk kendaraan dinas instansi negara dari pusat-daerah, penguatan kebijakan TKDN 40 persen wajib diterapkan untuk semua produsen yang secara gradual naik sampai 80 persen lebih," katanya.
 
                                    Seperti diketahui, Presiden Prabowo juga telah meminta kepada para menterinya untuk menggunakan Maung buatan Pindad sebagai kendaraan dinas. Sebab, ini menjadi salah satu cara untuk mencintai produk dalam negeri.
Editor: Dani M Dahwilani