Risiko Kerusakan Mobil Menerjang Banjir Lebih Berat Ketimbang Terendam
JAKARTA, iNews.id - Wilayah Jakarta dan sekitarnya kembali direndam banjir setelah diguyur hujan deras. Kondisi ini membuat aktivitas warga terganggu. Banyak kendaraan terjebak banjir.
Bila ketinggian air tidak memungkinkan dilewati, dianjurkan menghindari menerobos banjir. Ini untuk mencegah potensi kerusakan pada kendaraan.
Pakar safery driving dari Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu mengatakan, potensi kerusakan mobil saat melibas banjir lebih berat ketimbang mobil yang terendam banjir di rumah atau parkiran.
"Kalau mobil menerjang banjir yang kebetulan tinggi, itu bisa parah kerusakannya. Tapi, kalau kondisi mobil diam lalu terendam, kerusakan bisa diminimalisir. Karena posisi mesin tidak hidup dan kelistrikan dalam kondisi mati," ujar Jusri, saat dihubungi iNews.id, Selasa (25/2/2020).
Sebab itu, kata Jusri, pemilik mobil diimbau untuk tidak memaksakan diri menerjang banjir. Apalagi mobilnya masih berstatus diasuransikan. Karena asuransi tidak meng-cover mobil yang nekat menerobos banjir.
"Walaupun tinggi banjir sebatas ban atau di bawah pintu, usahakan jangan dilewati karena masih berisiko. Apalagi yang tingginya melebihi itu, takutnya terjadi water hammer," katanya.
Menurut Jusri, kalau mobil terkena water hammer, biaya perbaikannya sangat mahal. Apalagi, bila mesin mobil tidak bisa menyala atau piston tidak bisa berputar.
"Yang rusak biasanya setang piston patah, atau bahkan lebih buruk lagi pistonnya pecah. Blok mesin juga berpotensi pecah. Biaya untuk pergantian kedua komponen tersebut sangat mahal," ujarnya.
Editor: Dani M Dahwilani