Toyota Proyeksikan Ekspor Kendaraan pada 2019 Naik 5 Persen
JAKARTA, iNews.id - Toyota optimistis dapat meningkatkan performa ekspor pada 2019. Berkaca pada raihan ekspor positif pada tahun lalu yang mencapai 206.600 unit, Toyota menargetkan pengiriman kendaraan ke luar negeri naik 5 persen.
“Kami memproyeksikan kinerja ekspor CBU Toyota naik lebih dari 5 persen. Studi-studi untuk mempelajari destinasi ekspor baru termasuk ke Australia masih terus kami lakukan. Di saat yang sama kami juga berupaya tetap fokus dalam hal menjaga kestabilan performa ekspor di negara baru tujuan ekspasi 2018 lalu, seperti Afrika dan Amerika Latin,” ujar Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Warih Andang Tjahjono dalam keterangan resminya yang dilansir iNews.id, Minggu (3/2/2019).
Semua kendaraan CBU yang diekspor ke berbagai negara itu merupakan produksi lokal dengan tingkat kandungan dalam negeri mencapai 75 persen sampai 94 persen. Sampai saat ini, setidaknya sudah lebih dari 80 negara di kawasan Asia, Afrika, Amerika Latin, Karibia dan Timur Tengah yang menjadi tujuan ekspor Toyota.
Kondisi ekonomi makro dunia merupakan tantangan tersendiri bagi kinerja ekspor otomotif dalam negeri. Menyikapi hal tersebut Toyota memandang daya saing industri menjadi kunci untuk bisa bertahan bahkan memenangkan persaingan.
“Tidak ada jalan lagi selain meningkatkan competitiveness industri dalam negeri dari hulu hingga ke hilir untuk bisa mempertahankan posisi Indonesia sebagai salah satu basis produksi dan ekspor di kawasan Asia-Pasifik. Peningkatan kandungan lokal murni (true localization) produk yang dimulai dari penggunaan sumber material dalam negeri, menjadi upaya yang fundamental untuk menjaga daya saing," kata Director Administration and Corporate Planning PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam.
"Di saat yang sama, kegiatan tersebut dapat membantu menekan impor raw material sehingga dapat memberi sumbangan terhadap kestabilan neraca perdagangan terutama di sektor komponen otomotif, yang saat ini masih menjadi perhatian pemerintah,” ujarnya.
Neraca perdagangan di sektor hilir yang positif masih menyisakan pekerjaan rumah di dunia industri otomotif nasional karena pada kenyataannya neraca perdagangan di sektor hulu rantai suplai otomotif terutama di level pemasok komponen lapis ke 2 dan 3 masih negatif.
Salah satu penyebab permasalahan ini adalah masih banyaknya bahan mentah dan bahan baku industri manufaktur otomotif yang bersumber dari material impor. Hal inilah yang kemudian turut memengaruhi TKDN produk otomotif Indonesia. Banyaknya material impor, menjadikan TKDN murni atau “true localization” tidak setinggi yang harapkan.
Bob Azam menambahkan, pendalaman TKDN masih merupakan isu yang serius karena pada umumnya menjadi beban tanggung jawab industri kecil yang berperan sebagai supplier di lapis ke-2 atau ke-3.
Inefisiensi menjadi salah satu kendala mendasar operasi bisnis industri kecil di Indonesia. Untuk memerangi ketidakefisienan tersebut maka diperlukan upaya berkelanjutan dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) terutama pembekalan keterampilan dasar (basic skill) yang pada gilirannya akan berperan dalam meningkatkan efisiensi.
Menyoal upaya memperbaiki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) murni/true localization, sejak 2004, TMMIN telah menggunakan baja lokal untuk bagian-bagian kendaraan tertentu. Pada 2017, dua jenis bahan mentah, yaitu resin, bekerja sama dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), dan non-woven fabric, bekerja sama dengan PT Herculon Carpet, telah berhasil dilokalkan, setelah sebelumnya di tahun 2016, bekerja sama dengan PT Pertamina, melokalkan engine oil lubricant.
Saat ini, TMMIN sedang dalam proses riset dan pengembangan penggunaan aluminium lokal untuk dipergunakan pada velg (wheel disc) bekerja sama dengan INALUM dan Pako. TKDN murni produk Toyota berada di angka 65 persen. Ke depannya, Toyota menargetkan bisa mencapai true localization hingga level 80 persen pada 2020.
Editor: Dani M Dahwilani