Viral Emak-Emak Putar Balik di Jalan Tol, Pengamat: Ini Masalah Adab
JAKARTA, iNews.id - Belum lama ini viral video emak-emak menggeser barrier untuk putar arah di tol. Video ini ramai jadi perbincangan di media sosial.
Apa yang dilakukan sekelompok emak-emak itu sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kecelakaan fatal.
Senior Instructor dari SDCI Sony Susmana mengatakan, celah yang ada pada setiap jalan tol hanya digunakan untuk keadaan darurat. Celah tersebut tidak bisa digunakan oleh pengguna jalan, terutama untuk putar balik.
“Pengguna jalan harusnya tahu, kenapa sih jalan tol gak boleh putar arah? Itu kan supaya kita lebih tertib. Kalau pun ada celah, kemudian ditutup pembatas, itu dibuat supaya gak putar balik. Itu kan diatur oleh pengelola jalan tol dan mobil patroli,” kata Sony saat dihubungi Sabtu (9/9/2023).
Menurut Sony, kecelakaan fatal juga bisa terjadi. Sebab, itu berada di jalur paling kanan yang ditujukan untuk kendaraan mendahului. Kecepatan kendaraan yang ada di lajur paling kanan biasanya berada di batas maksimal.
“Rata-rata kecepatannya kan tinggi ya, apalagi di lajur kanan dan bisa sampai di atas 60 km/jam sampai 100 km/jam. Ini termasuk melanggar aturan, bahaya kan. Berisiko bukan untuk dia saja, tapi juga orang lain yang bisa jadi korban,” ujarnya.
“Jangan gampang berpikir dangkal, cari gampangnya, cari bangganya, pikirkan juga keselamatan orang lain. Mirisnya, mereka yang melanggar adalah orang tua, dan berisiko dicontoh oleh anak-anaknya,” ujar Sony.
Pelanggaran semacam ini dikatakan oleh Sony sudah kerap terjadi karena kurangnya pemahaman tentang aturan lalu lintas. Oleh sebab itu, terciptalah budaya melanggar aturan yang dianggap sudah menjadi hal yang wajar.
“Ini masalah adab. Jadi akar dari pelanggaran lalu lintas ini adalah adab yang buruk dari masyarakat kita terhadap aturan. Mereka tidak pernah dapat informasi tentang pentingnya keselamatan di bangku sekolahan,” kata Sony.
“Nah, mereka gak paham tuh aturan yang harus mereka taati, akhirnya terciptanya culture yang satu orang melanggar, semua orang ikuti. Culture yang jelek ini lah yang terbangun di Indonesia,” ujarnya.
Untuk mengubah kebiasaan buruk tersebut, Sony menjelaskan, ini butuh waktu yang panjang dan dilakukan oleh banyak pihak. Pasalnya, ini sudah seperti menjadi budaya dan dilakukan secara sadar.
“Ketika kita mau mengubah butuh proses panjang, bisa sampai belasan tahun. Akarnya cuma dua, Adab dan culture. Jadi bukan jaminan dia punya duit, kadang-kadang pelanggaran ini dilakukan dengan kesadaran,” tuturnya.
Editor: Vien Dimyati