Xpeng Kenalkan Teknologi Physical AI dari Robotaxi hingga Robot Humanoid
JAKARTA, iNews.id - Xpeng memperkenalkan empat inovasi yang berpusat pada Physical AI (kecerdasan fisik), yaitu Xpeng VLA 2.0, Xpeng Robotaxi, Xpeng Next-Gen Iron, serta dua sistem penerbangan dari Aridge. Teknologi tersebut menggambarkan masa depan mobilitas berbasis Kecerdasan Fisik.
Keempat inovasi AI ini sudah memiliki rencana produksi massal yang jelas, menegaskan “Physical AI” bukan lagi sekadar mimpi jauh di masa depan, melainkan kenyataan yang kini dapat dijangkau oleh semua orang.
Chairman dan CEO XPENG, He Xiaopeng mengumumkan peningkatan posisi perusahaan menjadi “penjelajah mobilitas dalam dunia Physical AI dan perusahaan kecerdasan berwujud global (global embodied intelligence company)”.
Atas posisi barunya sebagai “Global Embodied Intelligence Company”, Xpeng menjadi satu-satunya perusahaan di China yang berhasil mengembangkan sistem Physical AI secara penuh (full-stack self-developed).
Gelombang Physical AI kini tengah datang, dan XPENG telah siap menghadapi serta memimpin perubahan besar ini. Berbekal akumulasi teknologi selama hampir satu dekade, XPENG telah membangun sistem Physical AI yang dikembangkan sepenuhnya secara internal (full-stack self-developed), yang mencakup berbagai bidang seperti chip, sistem operasi (large model), dan perangkat keras cerdas (intelligent hardware).
Pembangunan sistem ini menjadi fondasi teknologi utama bagi Xpeng dalam mengembangkan berbagai wahana kecerdasan berwujud (embodied intelligent carriers), seperti mobil AI, Robotaxi, robot humanoid, dan mobil terbang.
"Langkah Xpeng dalam mengembangkan Physical AI ini sebagai fondasi penting bagi masa depan mobilitas di Indonesia. Kami terus mempelajari kesiapan ekosistem, termasuk regulasi, infrastruktur, serta model operasional yang tepat, agar ketika teknologi ini hadir di Indonesia, dapat diterapkan dengan aman, berkelanjutan, dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Inovasi XPENG membuka peluang kolaborasi yang relevan bagi negara dengan mobilitas urban yang dinamis seperti Indonesia," ujar Djohan Sutanto, CEO Erajaya Active Lifestyle, Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) Xpeng di Indonesia.
Physical AI
Xpeng VLA 2.0 menjadi model besar dunia fisik pertama yang diproduksi massal Xpeng. Model ini berfungsi ganda sebagai model generatif aksi dan model pemahaman serta prediksi dunia fisik.
Dia mampu belajar dan berevolusi secara mandiri, sambil memahami hukum interaksi di dunia nyata. VLA 2.0 juga dapat diterapkan lintas bidang secara simultan mencakup mobil AI, robot humanoid, hingga mobil terbang.
Xpeng saat ini memiliki cluster komputasi cloud berteknologi terdepan di dunia dengan 30.000 kartu prosesor, yang efisiensinya konsisten di atas 90 persen selama bertahun-tahun.
Di sisi lain, XPENG juga telah menerapkan model dasar (base model) dengan 72 miliar parameter berskala ultra besar di sistem cloud-nya, dan model ini mampu melakukan iterasi penuh setiap lima hari sekali.
Pada tingkat pelatihan model, Xpeng VLA 2.0 dapat langsung memanfaatkan data video berkendara nyata dalam jumlah masif tanpa memerlukan pelabelan data (data annotation).
Total data pelatihan untuk VLA 2.0 mencapai hampir 100 juta cuplikan, setara dengan pengalaman mengemudi ekstrem yang dialami pengemudi manusia selama 65.000 tahun.
Penerapan xpeng VLA 2.0 ke kendaraan nyata merupakan tantangan besar dalam kolaborasi perangkat lunak dan keras, serta rekayasa implementasi tingkat tinggi. Untuk mencapai produksi massal model ini di kendaraan, Xpeng mengembangkan ulang kompiler dan tumpukan perangkat lunak (software stack) yang dioptimalkan khusus untuk chip Turing AI.
Melalui optimasi menyeluruh dari rantai “chip–operator–model”, XPENG berhasil memasang model VLA 2.0 dengan skala parameter miliaran pada model Ultra dengan daya komputasi 2250 TOPS, sementara model industri lain umumnya hanya memiliki parameter puluhan juta pada perangkat kendaraan.
Berdasarkan VLA 2.0, Xpeng memperkenalkan fitur baru bernama “Narrow Road NGP”, yang secara signifikan meningkatkan kinerja mengemudi cerdas di jalan sempit dan lingkungan lalu lintas campuran, dengan jarak rata-rata antar pengambilalihan (MPI) meningkat 13 kali lipat pada kondisi jalan yang kompleks.
Selama pengujian, VLA 2.0 menunjukkan kemampuan baru yang belum pernah dilatih, seperti mengenali gerakan tangan (hand gestures) dan merespons perubahan lampu lalu lintas secara proaktif, serta menangani kondisi jalan yang rumit dengan mudah.
Editor: Dani M Dahwilani