Subsidi Motor Listrik Belum Ada Kepastian, AISI: Kami Masih Menunggu
JAKARTA, iNews.id - Subsidi motor listrik masih dinantikan produsen dan konsumen di Indonesia. Ini membantu masyarakat mendapatkan motor ramah lingkungan dengan harga terjangkau. Tapi, kebijakan tersebut hingga kini belum terealisasi.
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) saat ini hanya bisa menunggu keputusan pemerintah. Mereka belum melakukan diskusi lebih lanjut atau mendorong untuk mempercepat regulasi subsidi motor listrik diterbitkan.
Kendati begitu, Ketua Umum AISI Johannes Loman mengatakan pihaknya terus membahas insentif tersebut secara internal. Tetapi, mereka menyadari keputusan akhir tetap berada di tangan pemerintah.
"Kami masih menunggu. Belum ada (diskusi lebih lanjut). Teman-teman dari AISI akan membicarakan soal itu. Saya belum membahas masalah itu (insentif motor listrik)," kata Loman saat ditemui di Jakarta, Kamis (11/9/2025) lalu.
Seperti diketahui, subsidi motor listrik belum menemukan titik terang sejak berakhir pada Desember 2024. Ini membuat sejumlah produsen mengeluh karena penjualan motor listrik menurun drastis akibat aturan insentif yang tak kunjung diterbitkan.
Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sempat memberi sinyal subsidi motor listrik akan berlanjut dalam waktu dekat. Dia mengungkapkan saat ini sedang tahap finalisasi di sejumlah kementerian.
"Jadi kita akan siapkan ada enam paket. Sekarang masing-masing kementerian mempersiapkan regulasinya. Insentif motor listrik Rp7 juta kita lanjutkan. Kuotanya nanti tergantung waktunya ya. Kan ini waktunya tinggal enam bulan ya ke depan," ujar Airlangga kepada wartawan di Jakarta.
Di sisi lain, Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) meminta pemerintah untuk mengalihkan anggaran subsidi motor listrik menjadi subsidi angkutan umum. Mereka menilai langkah ini lebih tepat membantu masyarakat ketimbang subsidi motor listrik.
Ketua Umum MTI Tory Damantoro menegaskan kebijakan subsidi motor listrik kontra-produktif di tengah melemahnya daya beli masyarakat. Dia berpendapat kebijakan ini tidak akan diserap banyak masyarakat Tanah Air.
"Di tengah tabungan masyarakat habis dan tekanan inflasi, pemerintah justru mendorong konsumsi baru melalui subsidi motor listrik. Ini malah akan memberi beban baru, bukan obat bagi rakyat," ujar Tory dalam keterangan persnya dilansir Sabtu (13/9/2025).
Menurut MTI, kebijakan subsidi motor listrik tidak menjawab persoalan mendasar penurunan pendapatan masyarakat. Sebaliknya, motor listrik dianggap sebagai produk konsumtif yang justru menambah beban liabilitas berupa cicilan dan biaya perawatan.
Sementara itu, penjualan motor listrik yang sempat naik berkat subsidi Rp7 juta pada 2024 anjlok sejak kuartal pertama 2025. Pemerintah hingga kini belum memberikan jawaban pasti apakah kebijakan tersebut akan dilanjutkan atau tidak.
Kondisi ini dikeluhkan produsen motor listrik lokal yang tengah berkembang di Indonesia. Sebut saja ada maka Maka Motors, Polytron, Alva dan lainnya.
"Ketidakpastian mengenai kelanjutan subsidi motor listrik cukup kontraproduktif dan menciptakan kebimbangan baik untuk pelaku industri maupun konsumen. Kita sudah melihat bagaimana insentif di tahun 2024 mampu mengakselerasi adopsi motor listrik. Tapi, yang lebih mendesak saat ini adalah kejelasan dari pemerintah. Apakah subsidi akan dilanjutkan atau tidak, keputusan itu penting untuk segera diumumkan," ujar CEO dan Founder Maka Motors, Raditya Wibowo dalam keterangan persnya, belum lama ini.
"Jangan biarkan konsumen terus berada dalam ketidakpastian yang justru sangat menghambat pertumbuhan pasar motor listrik Indonesia. Kami sangat berharap pengumuman dan implementasi kebijakan subsidi yang jelas dapat dilakukan paling lambat pada semester pertama tahun 2025, sehingga momentum positif adopsi kendaraan listrik dapat terus terjaga," katanya.
Editor: Dani M Dahwilani