Deretan Pemilik PO Bus Dulunya Pedagang, Mengharukan Ada yang Pernah Jualan Asongan
JAKARTA, iNews.id - Sejumlah pengusaha bus memiliki kisah inspiratif yang menarik untuk disimak. Di antara mereka ada yang berasal dari seorang pedagang kecil.
Mereka tertarik di bisnis transportasi karena bus menjadi moda transportasi sangat dibutuhkan masyarakat. Terlebih, di masa lalu kebutuhan bus sebagai transportasi masih sangat besar, belum banyak yang menyediakan jasa tersebut.
Namun, beberapa orang melihat peluang tersebut hingga memberanikan diri membuka perusahaan otobus (PO bus).
Siapa saja pemilik PO bus yang mengawali usahanya sebagai pedagang? Berikut kisah perjuangan mereka dalam membangun usaha dilansir iNews.id dari berbagai sumber.
1. H Sarnas, PO Bersama Kosub

Haji Sarnas membagikan kisahnya membangun PO Bersama Kosub, angkutan antar kota yang cukup populer di jalur Bekasi-Bogor. Perusahaan ini berdiri sejak 1965, yang memiliki ciri khas bodi beraksen hijau dan logo pisang pada hampir setiap armadanya.
Bukan tanpa alasan, gambar pisang pada bodi bus PO Bersama Kosub menandakan pemilik perusahaan ini dulunya adalah seorang pedagang penjual pisang. Haji Sarnas tak ingin melupakan masa perjuangannya sebelum sukses.
“Kita dulu kan jualan pisang. Namanya di pasar kita kan pisang tiap hari ambil dari orang bayarnya tuh baru tiga bulan baru dapat uang akhirnya kan kesulitan keuangan,” kata H. Sarnas dikutip dari video di kanal YouTube Bus Sukabumi Bogor.
2. Egi Syafride, PO Palala

Pemilik PO Palala, Egi Syafride yang memulai bisnisnya di transportasi darat dengan perjuangan panjang. Awalnya, ia merupakan seorang pedagang kecil-kecilan yang fokus pada jual beli aksesoris.
Egi berusaha keras mengumpulkan uang dari hasil berdagang yang akhirnya berpikir untuk membuka perusahaan otobus. Hal tersebut merupakan cita-citanya sejak kecil karena selalu bermain di terminal.
“Dari pertama, step-by-step saya berawal dari bisnisman lebih banyak mengarah ke perdagangan. Dagang kecil-kecilan. Lebih mengarah ke perdagangan aksesoris. Alhamdulillan saya diberikan rezeki kesempatan yang mencukupi saya untuk ekspansi ke dunia transportasi,” ujar Egi Syafride dilansir dari kanal YouTube Laksanabus.
3. H. Zainul Arifin, PO Persada

Haji Zainul Arifin merupakan pendiri PO Persada yang kisah perjuangannya berawal dari seorang pedagang kecil di pasar. Berkat kerja kerasnya, kini dia memiliki puluhan armada bus pariwisata.
PO Persada merupakan perusahaan transportasi darat yang melayani penyewaan bus pariwisata bermarkas di Limpung, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Ternyata, ini dimulai dari perjuangan pemiliknya yang merangkak dari bawah.
“Kalau terjun di dunia transportasi sudah dari 1970-an, tapi kalau untuk milik sendiri itu dimulai 1979. Saya melihat kebutuhan masyarakat pada saat itu kan tinggi, angkutannya masih sangat tinggi. Sebelum 1977 itu kan saya dagang di pasar sebenarnya. Pada 1979 saya melihat situasi, akhirnya saya pindah ke angkutan,” ucap Zainul dalam video di kanal YouTube PerpalZ TV.
4. H. Anas, PO ANS (Anas Nasional Sejahtera)

Haji Anas berasal dari Balingka, Bukit Tinggi, merupakan anak paling kecil dari tiga bersaudara. Sejak kecil, dirinya sudah mencari uang sendiri dengan menghabiskan waktunya di jalanan.
Dulunya, H. Anas sebagai pedagang asongan yang menjajakan rokok dan camilan kepada para penumpang dan juga penghuni di terminal. Usahanya alami kemajuan, dan membuatnya dapat membuka usaha lain.
Sukses menjadi pedagang asongan, Haji Anas kemudian memutuskan untuk membeli truk dan menjadi distributor rokok. Rokok yang diambilnya dari distributor dijual ke Medan serta beberapa wilayah lain, dan dalam beberapa tahun menambah armada truk.
Pada 1964, Haji Anas membentuk perusahaan bernama Panca Bakti yang merupakan perusahaan shuttle bus jurusan Padang-Bukti Tinggi. Perusahaan tersebut berjalan cukup panjang, hingga 1972.
5. Koesmapradja, PO Luragung Jaya

Koesmapradja merupakan seorang pedagang hasil panen bumi yang berjuang keras untuk meningkatkan kehidupannya menjadi lebih baik lagi. Pada 1982, dia mulai mencoba berbisnis di bidang transportasi.
Awalnya, Koesma membeli 4 unit bus bekas PO Serayu untuk memulai bisnisnya di usaha transportasi darat. Membeli armada tersebut dengan nama, administrasi, trayek, dan sebagainya.
Kepemilikan unit bus juga dibuat atas nama Koesma, tapi dirinya memilih untuk tetap menggunakan nama PO Serayu. Saat itu, dia membuka trayek Kuningan-Jakarta dengan jadwal keberangkatan pagi.
Barulah pada 1990, manajemen mengubah nama PO Serayu menjadi PO Luragung Jaya yang bertahan hingga saat ini. Bahkan, sudah memiliki anak perusahaan, seperti PO Termuda, PO Putri Luragung, PO Putra Luragung, dan PO Putra Luragung Sakti.
Editor: Ismet Humaedi