3 Fakta Kualitas SDM di Indonesia, Bacapres Ganjar Siap Tingkatkan Gaji Guru
JAKARTA, iNews.id - Tingkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia adalah hal yang krusial dalam menentukan kemajuan negara.
Di tengah perubahan global yang semakin dinamis, pemahaman mendalam mengenai kondisi SDM Indonesia menjadi sangat penting. Sementara itu, Kualitas SDM di Indonesia seringkali disebut sebagai salah satu yang cukup rendah dibandingkan negara lainnya.
Berikut beberapa fakta mengenai kualitas SDM di Indonesia dilansir dari beragam sumber, Selasa (17/10/2023)
3 Fakta Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia
1. Skor PISA SDM Indonesia Terendah
Mendikbuddikti Nadiem Anwar Makarim pernah menyatakan bahwa skor Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) Indonesia sangatlah rendah terutama dalam dekade terakhir.
Dalam penjelasannya, Nadiem Makarim menyajikan data PISA menunjukkan bahwa hasil belajar di tingkat pendidikan dasar dan menengah di Indonesia masih belum mencapai standar yang memadai.
“Indonesia konsisten menjadi salah satu negara dengan peringkat hasil PISA terendah, dimana hasil skor PISA Indonesia stagnan dalam 10-15 tahun terakhir,” ungkap Nadiem Makariem.
Penting untuk diakui bahwa pencapaian pendidikan adalah aset berharga bagi perkembangan suatu negara. Data PISA menggambarkan pentingnya untuk terus berupaya dalam memperbaiki sistem pendidikan agar menciptakan pelajar yang lebih kompeten dan siap bersaing di tingkat internasional.
Perubahan berkelanjutan dan perbaikan dalam kurikulum, metode pengajaran, serta dukungan pendidikan akan membantu mengatasi masalah ini dan memajukan sistem pendidikan di Indonesia.
2. Mayoritas SDM Indonesia Didominasi Tamatan SD ke Bawah
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), komposisi tenaga kerja di Indonesia pada bulan Februari 2022 masih menunjukkan dominasi tenaga kerja dengan latar belakang pendidikan tingkat rendah, seperti yang tidak/belum pernah sekolah, belum tamat SD, atau tamat SD, mencapai 39,10 persen.
Sementara itu, persentase tenaga kerja dengan pendidikan tingkat SMP, SMA, dan SMK berturut-turut adalah 18,23 persen, 18,23 persen, dan 11,95 persen.
Di sisi lain, jumlah tenaga kerja dengan pendidikan tingkat diploma I/II/III dan universitas hanya mencapai 12,60 persen pada tahun yang sama.
Padahal, pendidikan yang tinggi dan pelatihan yang sesuai sangat penting untuk mempersiapkan tenaga kerja dalam menghadapi perubahan sosial dan tuntutan masyarakat yang semakin kompleks.
Oleh karena itu, upaya peningkatan akses dan kualitas pendidikan, serta pelatihan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, akan menjadi faktor kunci dalam membantu meningkatkan kualitas SDM Indonesia dan menghadapi berbagai perubahan yang terus berlangsung.
3. Pengangguran di Indonesia Didominasi Lulusan SMK
Masih dari sumber data yang sama, diketahui tingkat pengangguran berdasarkan pendidikan terakhir, didominasi mereka yang berpendidikan SMK, mencapai persentase sebesar 10,38 persen pada bulan Februari 2022.
Sementara, pengangguran menamatkan pendidikan SD ke bawah sebesar 3,09 persen, mereka yang berpendidikan SMP sebesar 5,61 persen, dan yang berpendidikan SMA sebesar 8,35 persen.
Di sisi lain, tingkat pengangguran mereka memiliki latar belakang pendidikan diploma adalah sekitar 6,09 persen, dan yang berpendidikan universitas sekitar 6,17 persen.
Hal ini sebetulnya cukup ironi karena sekolah kejuruan seharusnya mempersiapkan para lulusannya untuk siap langsung terjun ke dalam dunia pekerjaan.
Sehingga diperlukan reformasi Pendidikan untuk meningkatkan kualitas lulusan SMK. Pentingnya Mereformasi Sistem Pendidikan di Indonesia Demi Meningkatkan Kualitas SDM
Berkaca dari 3 fakta tersebut diperlukan sosok calon pemimpin yang siap dan bersedia untuk melakukan reformasi pendidikan demi meningkatkan kualitas SDM. Salah satu sosok yang relevan adalah Calon Presiden Ganjar Pranowo yang pernah menyampaikan gagasannya untuk mereformasi sistem pendidikan yang ada di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Ganjar Pranowo, saat berbicara di IdeaFest 2023, dimana ia menyoroti peran penting kurikulum adaptif dalam pendidikan tinggi di Indonesia. Ganjar menggarisbawahi pentingnya reformasi kurikulum di semua tingkatan pendidikan, mulai dari sekolah hingga perguruan tinggi.
Menurut Ganjar, kurikulum harus dapat beradaptasi dengan perubahan zaman, dan mahasiswa harus diberikan kebebasan untuk memilih pendidikan yang relevan dengan minat dan kebutuhan mereka.
Selain itu, Ganjar juga menekankan pentingnya pengalaman magang bagi mahasiswa, baik di perusahaan maupun di instansi pemerintahan. Ia meyakini bahwa pengalaman ini memberikan pengetahuan dan wawasan yang diperlukan saat memasuki dunia kerja, sambil membantu perusahaan dan pemerintah dalam merekrut tenaga kerja yang siap berkontribusi.
Ganjar mempertegas bahwa pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang mengidentifikasi dan mengembangkan bakat serta potensi masing-masing mahasiswa. Ini akan membantu mahasiswa menjadi lebih tangguh dan sukses di masa depan.
Sebagai contoh, Calon Presiden Ganjar mengungkapkan bahwa selama masa jabatannya sebagai Gubernur Jawa Tengah, ia telah menerapkan program magang bagi mahasiswa.
Program ini membuka peluang bagi mahasiswa, termasuk mereka yang memiliki disabilitas, untuk mendapatkan pengalaman berharga di berbagai sektor.
Selain itu, mantan Gubernur Jawa Tengah yang kini menjadi Capres dari Perindo mengungkap niatnya untuk menaikan gaji guru di Indonesia sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas pengajar. Tidak tanggung – tanggung, dirinya berniat menaikkan gaji guru ke angka Rp30 juta per bulan.
Tampaknya Ganjar Pranowo cukup yakin dan sangat optimis bahwa dengan berinvestasi di sektor pendidikan dan pelatihan yang relevan, maka Indonesia dapat mempersiapkan SDM berkualitas yang lebih siap bersaing di era global yang terus berubah.