5 Anak di Riau Meninggal Dunia akibat Flu Babi, Kemenkes Buka Suara!
JAKARTA, iNews.id - Sebanyak lima anak di Dusun Datai, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, meninggal dunia akibat infeksi flu babi, tepatnya influenza A/H1pdm09. Virus tersebut pernah menjadi wabah di beberapa negara pada 2009.
Kasus ini telah dilaporkan ke Kementerian Kesehatan. Menurut laporannya, hasil penyelidikan epidemiologi menunjukkan bahwa salah satu penyebab munculnya virus flu babi di Riau adalah gegara minimnya fasilitas kesehatan dasar di wilayah tersebut.
Bahkan, di Dusun Datai itu tidak memiliki MCK, tidak ada tempat pembuangan sampah, ventilasi rumah yang buruk, dan aktivitas memasak dengan kayu bakar dilakukan di ruangan yang sama dengan tempat tidur.
Selain masalah lingkungan, ditemukan juga banyak warga dengan gizi kurang dan cakupan imunisasi dasar yang rendah. Akibat itu semua, ditemukan adanya kombinasi infeksi flu babi, pertusis, adenovirus, dan bocavirus.
"Temuan ini memperkuat analisis bahwa status gizi dan rendahnya kekebalan tubuh membuat warga rentan terhadap penyakit," kata Direktur Surveilans dan Karantina Kemenkes Sumarjaya, dalam laporan resminya, Minggu (30/11/2025).
Sumarjaya menekankan bahwa krisis ISPA ini bukan sekadar persoalan medis, tapi terkait erat dengan sanitasi, perilaku hidup bersih dan sehat, serta akses layanan kesehatan.
"Jika kondisi sanitasi, gizi, dan kebiasaan sehari-hari tidak diperbaiki, penularan akan terus berulang," ungkapnya.
Tindakan Nyata Kemenkes Menanggulangi Kasus ISPA dan Flu Babi di Riau
Untuk merespons kondisi tersebut, Kementerian Kesehatan bersama pemerintah daerah melakukan pengobatan massal, memperkuat intervensi gizi, dan memberikan perhatian khusus kepada balita dan ibu hamil melalui pemberian makanan tambahan (PMT), vitamin, dan pemantauan kesehatan.
Edukasi terkait etika batuk, penggunaan masker, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga diperluas.
Tim kesehatan juga melakukan pengambilan sampel tambahan untuk memastikan tidak ada patogen lain yang beredar, mengingat variasi gejala dan temuan multipatogen sebelumnya.
Sebagai langkah jangka panjang, Kemenkes bersama pemerintah daerah mulai menyusun perbaikan lingkungan, termasuk pembuatan tempat pembuangan sampah, kerja bakti pembersihan area rawan nyamuk, hingga pemisahan area memasak dan area tidur di rumah warga. Media KIE untuk sekolah terpencil juga disiapkan untuk edukasi berkelanjutan.
Sumarjaya menekankan bahwa penanganan tidak berhenti pada pengobatan kasus, tetapi memastikan perbaikan lingkungan dan akses kesehatan dilakukan secara bertahap di Dusun Datai dan tujuh dusun terisolir lainnya.
"Kami ingin memutus siklus kerentanan ini. Intervensi lingkungan dan gizi adalah kunci agar kejadian seperti ini tidak terulang," tuturnya.