Cerita Dua Perwira TNI AD Lulus Seskoad meski Sakit Stroke dan Pernapasan
JAKARTA, iNews.id - Penyakit yang diderita tak menjadikan Mayor Simbolon dan Letkol Cpl Satata menyerah ikut masa pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad). Atas kegigihannya, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa mengapresiasi keduanya.
Menurut Jenderal TNI Andika Perkasa, selagi ada kemampuan, batasan tersebut dapat dilalui.
"Ada juga rekan kita yang lain, yang sangat dibatasi oleh kondisi fisiknya, penyakitnya, tetapi masih rajin mengikuti pelajaran dan lulus. Tidak ada yang tidak mungkin ya, tidak ada yang tidak mungkin. Selama ada kemauan bisa," ujar Andika dalam tayangan video TNI AD dikutip Minggu (5/9/2021).

Mayor Simbolon menderita penyakit stroke ringan. Penyakit itu menyerang Simbolon saat baru satu minggu dia mengikuti pendidikan.
Awal mula, ketika mengikuti seleksi hingga dinyatakan lulus oleh hasil pengumuman, badannya masih amat sehat. Lambat laun kondisinya makin memburuk dan saat tak lagi memungkinkan, Simbolon langsung berkomunikasi dengan sang istri untuk membawanya ke rumah sakit.
Tak disangka, cairan infus harus masuk ke dalam tubuhnya selama tiga hari, padahal yang diperkirakan hanya setengah hari saja. Ternyata, niat yang sudah ada pupus, tubuhnya tak lagi bisa bergerak.
"Wah jangan, (diinfus tiga hari) nanti siang saya mau kembali. Karena laptop masih di kampus. Ternyata saya sudah tidak bisa bergerak," tutur Simbolon.
Dokter Spesialis Saraf RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Kolonel CKM Antun Subono menjelaskan, penyakit stroke yang diderita Simbolon diakibatkan oleh sumbatan di bagian otak sebelah kiri. Bagian tangan kanan Pamen itu, kata Antun, kekuatannya sudah 0 persen.
"Artinya sama sekali tidak ada kekuatan. Kemudian yang ada di kaki itu sekitar 80 persen kekuatannya. Setelah melalui pemeriksaan dan MRI kita temukan ada sebuah sumbatan di otak sebelah kiri, sehingga pasien menderita suatu stroke," jelas Antun.
Berbeda dengan Simbolon, Letkol Cpl Satata mengalami gangguan pernapasan yang efek terburuknya dia menjadi kesulitan berjalan. Namun, atas kesempatan yang diberikan, hanya ucapan terima kasih yang bisa dia sampaikan.
"Kami kondisinya memang sakit, sampai kondisi nyeri kaki. Kesempatan yang diberikan kepada saya dalam melaksanakan pendidikan ini sampai selesai," kata Satata.
Alasan keduanya dapat lulus pun dijelaskan oleh Asisten Personel (Aspers) KSAD Mayjen TNI Wawan Ruswandi. Kata Wawan, KSAD membuat kebijakan yang memperbolehkan para prajuritnya ketika tengah sakit untuk mengikuti pendidikan.
"Untuk pendidikan Seskoad ini, KSAD telah membuat suatu kebijakan. KSAD membuat kebijakan apabila ada siswa sakit tetap diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan meskipun melalui virtual," ujar Wawan.