Drawing Piala Dunia Berantakan Total hingga Diulang, Bikin FIFA Kelabakan! Begini Kisahnya
WASHINGTON, iNews.id - Menjelang Piala Dunia 2026, yang undiannya dijadwalkan berlangsung pada 5 Desember di Washington D.C., publik kembali menengok ke belakang pada sejarah panjang proses drawing turnamen sepak bola paling bergengsi di dunia. Walaupun sistem undian saat ini semakin modern dan tertata rapi, perjalanan sejarah menunjukkan bahwa tidak semua acara berjalan mulus.
Kini, undian turnamen besar biasanya menggunakan sistem pot serta perangkat komputer untuk memastikan hasil yang adil. Begitu pula untuk Piala Dunia 2026 yang digelar di John F. Kennedy Centre for the Performing Arts, dengan negara-negara unggulan seperti Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol, Brasil, Argentina, Uruguay, hingga tuan rumah Kanada, Meksiko, dan Amerika Serikat.
Sementara itu, tim-tim seperti Italia, Wales, Irlandia Utara, dan Republik Irlandia masih harus berjuang melalui babak play-off demi merebut tiket terakhir ke Amerika Utara.
UEFA sendiri telah menyiapkan undian play-off pada 20 November dan diprediksi berjalan tanpa hambatan. Namun sejarah sepak bola dunia pernah mencatat salah satu momen paling memalukan dalam sejarah undian FIFA—yaitu drawing Piala Dunia 1982, yang hingga kini masih dikenang sebagai contoh kegagalan teknis paling dramatis.
Throwback Kekacauan 1982: Mesin Macet, Bola Susah Dibuka, hingga FIFA Panik
Menjelang Piala Dunia Spanyol 1982, FIFA memperluas format peserta dari 16 menjadi 24 tim. Alih-alih memakai cara lama berupa “nama dalam topi”, FIFA mencoba sistem baru: kandang mekanis berisi bola-bola kecil yang seharusnya memudahkan proses.
Secara teori, sistemnya sederhana: kandang diputar, bola jatuh, anak-anak sekolah memungutnya, lalu bola diserahkan kepada ofisial FIFA.
Namun kenyataannya, semua berjalan kacau.
Kandang mekanis tak mau terbuka. Begitu berhasil dibuka, seorang ofisial bahkan tak bisa membuka bola berisi nama negara. Kekacauan memuncak saat Skotlandia awalnya ditempatkan di grup Argentina—sebelum Sepp Blatter menyadari ada kesalahan fatal. Undian pun diulang, dan seluruh bola dimasukkan kembali ke kandang.
Sayangnya, kesalahan berikutnya langsung menyusul. Belgia, yang seharusnya masuk grup Italia, justru terseret ke grup Argentina. Situasi makin runyam karena Argentina tidak boleh satu grup dengan Inggris akibat ketegangan politik Perang Falklands.
Pada pengundian ulang berikutnya, Skotlandia dipindahkan ke grup Brasil. Namun terjadi error lagi: panitia tidak diberi instruksi bahwa negara-negara Amerika Selatan tidak boleh saling bertemu di grup awal. Akibatnya, Chile dan Peru malah masuk pot yang salah.
Ketegangan memuncak ketika seorang anggota FIFA memarahi anak sekolah yang membantu proses pengundian, sementara sejumlah bola pecah dan memperlihatkan nama negara di dalamnya—menambah drama dan kekacauan.
Meski undiannya amburadul, Piala Dunia 1982 tetap berjalan, dan Italia akhirnya keluar sebagai juara setelah menundukkan Jerman Barat 3-1 di final Madrid.