Penyebab Gempa M5,2 Sumba Timur NTT, Ini Analisis BMKG
JAKARTA, iNews.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menganalisis gempa berkekuatan Magnitudo 5,2 yang mengguncang laut di barat daya Karera, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Jumat (13/6/2025) pagi. Meski terjadi di laut dengan magnitudo sedang, guncangan terasa di beberapa wilayah daratan.
BMKG menyatakan, penyebab gempa bumi ini adalah aktivitas dalam lempeng (intra-slab), bukan benturan antarlempeng. Pusat gempa berada di koordinat 11,11° LS dan 119,28° BT pada kedalaman dangkal 10 kilometer, berjarak 134 kilometer arah barat daya Karera.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa ini merupakan jenis gempa dangkal akibat deformasi batuan di dalam lempeng atau dikenal sebagai intra-slab earthquake,” ujar Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, Jumat (13/6/2025).
Gempa intra-slab terjadi bukan karena gesekan antardua lempeng tektonik, melainkan regangan dan patahnya batuan di dalam satu lempeng tektonik yang sedang bergerak dan menekuk saat tersubduksi ke bawah lempeng lain.
Dalam konteks gempa Sumba Timur, yang aktif adalah lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah lempeng Eurasia di wilayah NTT. Saat menyusup, lapisan dalam lempeng Indo-Australia mengalami tekanan tinggi dan akhirnya retak menciptakan gempa.
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa kali ini memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault). Artinya, kerak bumi mengalami pergeseran vertikal ke bawah akibat regangan, bukan tekanan horizontal seperti pada strike-slip fault.
Meski gempa tidak menimbulkan kerusakan besar, warga di daerah seperti Wanokaka, Lamboya, dan Laboya Barat melaporkan adanya getaran. Skala intensitas guncangan tercatat di level II-III MMI (Modified Mercalli Intensity) yang digambarkan sebagai getaran seperti truk besar melintas.
BMKG menyatakan bahwa hingga pukul 09.52 WIB, belum terdeteksi gempa susulan (aftershock). Namun, masyarakat tetap diminta waspada terhadap kemungkinan gempa lanjutan.
BMKG meminta masyarakat tetap tenang dan tidak mempercayai isu-isu gempa lanjutan yang belum terverifikasi. Warga diimbau memeriksa struktur bangunan dan tidak tinggal di rumah yang retak atau berpotensi roboh.
“Pastikan bangunan tempat tinggal aman secara struktural sebelum kembali ke dalam rumah,” ujar Daryono.