Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Romadhoni, Petugas Kebersihan Sulap Sampah Plastik Jadi Harapan Baru Jakarta
Advertisement . Scroll to see content

Romadhoni, Petugas Kebersihan Sulap Sampah Plastik Jadi Harapan Baru Jakarta

Sabtu, 13 September 2025 - 17:22:00 WIB
Romadhoni, Petugas Kebersihan Sulap Sampah Plastik Jadi Harapan Baru Jakarta
Baca Berita

JAKARTA, iNews.id - Di tepian Waduk Setu Cipayung, Jakarta Timur, Romadhoni mengawali rutinitasnya membersihkan sampah hanyut. Mengangkat batang kayu lapuk hingga memilah botol-botol plastik yang berserakan. 

Berbeda dengan kebanyakan Petugas Penanganan Jasa Lainnya Perorangan (PJLP) Unit Penanganan Sampah Badan Air (UPS BA) Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jakarta lainnya, Doni melihat peluang dalam setiap plastik bening dan botol air mineral yang hanyut dialiran sungai. 

Romadhoni menyulap benda yang dianggap tak berharga itu, menjadi pot bunga, lampu hias hingga pernak-pernik dekorasi yang kini diminati masyarakat.

“Saya awalnya hanya prihatin, Mas. Setiap hari sampah plastik numpuk, enggak habis-habis. Kalau dibakar bahaya, kalau dibuang makin mencemari. Akhirnya saya coba bikin kerajinan, siapa tahu ada manfaatnya,”  ujar Romadhoni sambil merapikan rangkaian bunga plastik yang dibuatnya dari kantong kresek bekas. 

Sampah Jakarta yang Tak Pernah Usai

Cerita Romadhoni bermula dari keresahan hatinya. Selama bertugas di Waduk Setu Cipayung, Doni melihat derasnya aliran sampah rumah tangga ke badan air. Menurutnya, plastik merupakan musuh terbesar.

“Yang paling susah itu plastik, karena butuh ratusan tahun untuk terurai. Kalau setiap hari kita buang, bayangkan berapa lama lingkungan bisa bertahan,” katanya.

Volume sampah Kecamatan Cipayung mencapai 9 kubik per hari dan bisa melonjak hingga 30 kubik. (Foto: Yunaldi Libra).
Volume sampah Kecamatan Cipayung mencapai 9 kubik per hari dan bisa melonjak hingga 30 kubik. (Foto: Yunaldi Libra).

Apa yang dikatakan oleh Romadhoni senada dengan Ari Hinanto, pemantau UPS Badan Air Kecamatan Cipayung. Dia menyebut, volume sampah yang mereka tangani rata-rata mencapai 9 kubik per hari dan bisa melonjak hingga 30 kubik saat musim hujan. Dari jumlah itu, sekitar 4–5 kubik merupakan sampah plastik.

“Kalau cuaca ekstrem, dalam tiga hari bisa 60 kubik. Itu gila banyaknya,” “Makanya inovasi Romadhoni ini penting banget. Kalau plastik bisa diolah, beban berkurang,” kata Ari.

Belajar dari Media Sosial, Ubah Waduk Jadi Laboratorium Kreativitas

Romadhoni memang bukan lulusan seni rupa atau teknik lingkungan. Keterampilan untuk membuat kerajinan dari plastik bekas, dia pelajari secara otodidak, terutama dari YouTube dan media sosial. 

Hasilnya tak mengecewakan. Dalam waktu 1–2 jam, Doni bisa menyelesaikan satu karya, mulai dari bunga plastik berwarna-warni hingga lampu tidur unik yang dihiasi potongan botol. Produk itu awalnya hanya untuk edukasi warga, tapi lama-kelamaan diminati pembeli.

“Awalnya saya nggak niat jual, cuma buat contoh kalau sampah bisa jadi barang berguna. Tapi ternyata ada yang pesan, bahkan lewat Instagram,” ucapnya. 

Harga kerajinan bervariasi, bunga sederhana Rp20.000–30.000, sedangkan lampu tidur bisa Rp50.000–100.000, tergantung ukuran.

Dukungan Rekan Kerja Jadi Penyemangat

Usaha Romadhoni untuk mengurangi limbah plastik dengan mengolahnya menjadi barang ekonomis didukung rekan-rekannya. Salah satunya Ari Putra Utama, yang sejak 2023 ikut membantu pengecatan dan penyuluhan.

“Awalnya saya cuma bantu cat dan dokumentasi, tapi lama-lama ikut sosialisasi ke sekolah-sekolah. Anak-anak seneng banget kalau diajar bikin bunga dari plastik,” kata Ari.

Kini, kegiatan mereka bukan hanya membersihkan waduk, melainkan juga edukasi lingkungan ke warga, ibu-ibu dasa wisma, hingga siswa SD dan SMP. 

Dalam penyuluhan, mereka memperkenalkan jenis sampah organik, anorganik, hingga B3. Anak-anak belajar memilah sejak dini, bahkan sekolah-sekolah mulai menyediakan tempat sampah terpisah di setiap kelas.

“Antusias warga luar biasa. Anak-anak malah sering minta ikut bikin,” ucap Romadhoni.

Dukungan Perahu dan Pelatihan dari Pemerintah

Kepala Unit Penanganan Sampah Badan Air, Dadang Cahya Rusdiana, menyebut inisiatif Romadhoni sejalan dengan program Pemerintah Provinsi Jakarta.

“Program ini positif, mendukung visi Jakarta bersih dan berkelanjutan, Pemerintah sudah memberi dukungan berupa perahu, alat kebersihan, pelatihan, hingga pendanaan operasiona," katanya.

Tantangan terbesar menurut Dadang, yaitu menyatukan langkah warga dengan pemerintah. Lebih jauh, Dadang menilai model Cipayung bisa direplikasi di wilayah lain. “Praktik baik seperti ini harus jadi contoh. Kalau di sini berhasil, kenapa daerah lain tidak?”

Kepala Unit Penanganan Sampah Badan Air, Dadang Cahya Rusdiana. (Foto: Yunaldi Libra).
Kepala Unit Penanganan Sampah Badan Air, Dadang Cahya Rusdiana. (Foto: Yunaldi Libra).

Sampah Jadi Sumber Ekonomi

Tak ada yang menyangka, inovasi kecil Romadhoni memberi dampak ekonomi. Selain membantu mengurangi timbunan plastik, produk kerajinan juga menambah penghasilan. Bahkan, warga kini mulai ikut mengumpulkan sampah plastik dari rumah untuk diserahkan kepada Romadhoni dan teman temannya.

“Dulu orang buang sembarangan. Sekarang tiap minggu ada aja warga yang datang bawa botol bekas,” ucapnya bangga.

Kegiatan ini juga membuka ruang partisipasi masyarakat. Ibu-ibu rumah tangga belajar membuat bunga plastik, sementara anak-anak sekolah memamerkan hasil kerajinannya di kelas.

Tembus Pasar Media Sosial

Promosi untuk memperkenalkan hasil karyanya dilakukan Romadhoni secara sederhana lewat akun Instagram komunitas dan cerita dari mulut ke mulut. 

“Kadang kita upload di Instagram @ups_cipayung, terus ada yang DM pesan lampu. Jadi nggak nyangka bisa sampai segitu,” Beberapa pesanan datang dari luar daerah, bahkan ada permintaan agar produk dipasarkan secara online. 

“Kalau bisa berkembang, kenapa tidak? Tapi tujuan utama tetap edukasi,”  katanya.

Meski usahanya perlahan sudah memperlihatkan hasil, Romadhoni sadar perjuangan masih panjang. Kesadaran warga memilah sampah masih rendah. 

Dia berharap pemerintah menyediakan wadah khusus bagi inovasi seperti ini. “Biar lebih terarah, ada tempatnya. Karena di wilayah lain juga banyak yang bisa bikin kerajinan dari sampah. Kalau kita serius, sampah bisa bernilai. Bukan cuma masalah, tapi jadi solusi” ucapnya.

Sampah dan Masa Depan Jakarta

Jakarta, dengan penduduk lebih dari 10 juta, menghasilkan lebih dari 7.500 ton sampah per hari. Sekitar 14 persen di antaranya adalah plastik. Angka itu cukup untuk menutupi 60 kali luas lapangan sepak bola setiap hari.

Dalam konteks itu, gerakan kecil di Waduk Setu Cipayung terasa bagai setetes air di lautan. Romadhoni membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari satu orang, satu waduk, satu kreasi sederhana.

“Bagi saya, sampah itu bukan akhir, Justru dari sinilah sesuatu yang berharga bisa lahir” katanya sambil menatap waduk yang sudah bersih. 

Dari Waduk Setu Cipayung untuk Dunia

Romadhoni hanyalah seorang petugas kebersihan dengan seragam Oranye sederhana. Namun dibalik keringat dan bau sampah, ia adalah simbol perubahan. Keberaniannya berinovasi telah mengubah masalah lingkungan menjadi peluang. Semangatnya mengubah keresahan menjadi harapan.

Inovasi yang dilakukan Romadhoni bukan sekadar tentang bunga plastik atau lampu tidur. Ini tentang kesadaran kolektif, tentang edukasi anak-anak dan tentang gotong royong menjaga lingkungan. 

Di tengah isu keprihatinan terhadap kebersihan lingkungan, cerita dari Waduk Setu Cipayung layak menjadi inspirasi nasional. Romadhoni sudah membuktikan, dari waduk kecil di pinggiran kota, cahaya perubahan itu telah menyala.

Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut