Tantang Trump, Iran Akan Bangun Fasilitas Nuklir Lebih Besar
TEHERAN, iNews.id - Pemerintah Iran menegaskan akan membangun kembali fasilitas nuklir yang dihancurkan, bahkan dengan kapasitasn lebih besar dan canggih. Serangan Amerika Serikat (AS) pada 22 Juni lalu menghancurkan tiga fasilitas nuklir Iran, yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan
Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan, serangan tersebut tidak akan menghentikan ambisi Teheran dalam mengembangkan program nuklir sipilnya. Pernyataan tersebut menantang Presiden AS Donald Trump yang beberapa kali mengancam akan menyerang Iran lagi jika melanjutkan program pengayaan uraniumnya.
Tiga Fasilitas Strategis Dihancurkan
Dalam konflik yang berlangsung hampir dua pekan pada Juni 2025, pasukan Israel menyerang sejumlah target strategis di Iran, termasuk fasilitas nuklir di Natanz dan Isfahan. Dua hari sebelum gencatan senjata diberlakukan, militer AS melancarkan serangan udara yang menghancurkan tiga lokasi utama: Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Ketiga fasilitas itu merupakan pusat utama dalam program pengayaan uranium Iran, bagian dari proyek energi nuklir yang oleh Barat kerap dicurigai memiliki potensi militer.
Pezeshkian: Ilmu Tidak Bisa Dihancurkan
Menanggapi kehancuran fasilitas tersebut, Presiden Masoud Pezeshkian menegaskan kekuatan teknologi Iran tidak terletak pada bangunan, melainkan pada sumber daya manusianya.
“Ilmu pengetahuan tersimpan dalam benak para ilmuwan kami. Dengan menghancurkan fasilitas dan pabrik nuklir, (AS) tidak akan menimbulkan masalah bagi Teheran,” ujarnya, dalam pernyataan di akun Telegram resmi pemerintah, dikutip dari Anadolu, Senin (3/11/2025).
Pezeshkian menegaskan, Iran tidak hanya akan membangun kembali fasilitas yang hancur, tapi meningkatkan kapasitasnya.
“Kami akan membangun kembali bangunan-bangunan tersebut dan kapasitasnya akan semakin besar,” katanya.
Isyarat Perundingan Baru
Menariknya, pernyataan keras Pezeshkian disampaikan setelah juru bicara pemerintah Iran, Fatemeh Mohajerani, mengungkapkan Teheran telah menerima pesan diplomatik dari AS untuk melanjutkan kembali perundingan terkait program nuklir.
“Kementerian Luar Negeri telah menerima usulan untuk melanjutkan perundingan mengenai isu nuklir Iran,” ujarnya, tanpa menyebutkan negara pengirim pesan secara eksplisit.
Namun laporan media Timur Tengah, termasuk Baghdad Al Youm, menyebut pesan tersebut dikirim Washington melalui Oman sebagai perantara.
Perundingan nuklir sempat terhenti setelah serangan udara yang dilakukan Israel dan AS menghancurkan fasilitas-fasilitas penting Iran. Kini, upaya diplomasi tampaknya kembali diupayakan, meski di tengah suasana ketegangan dan kebanggaan nasional Iran yang tersulut.
Pernyataan Pezeshkian menandai sikap keras Teheran terhadap tekanan Barat. Di satu sisi, Iran membuka peluang dialog, namun di sisi lain menunjukkan bahwa mereka tidak akan mundur dari pengembangan teknologi nuklir.
Pembangunan ulang fasilitas yang “lebih besar” dapat menjadi sinyal bahwa Iran bertekad memperkuat kemandiriannya di bidang energi dan pertahanan strategis. Langkah ini sekaligus menjadi tantangan baru bagi Washington dan sekutunya yang berupaya membatasi kapasitas nuklir Iran melalui diplomasi.