Usia Muda, Sidik Jari Korban Tewas Ponpes Ambruk di Sidoarjo Belum Terdata di Kependudukan
JAKARTA, iNews.id - Proses identifikasi korban tewas dalam insiden ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim) menghadapi tantangan besar. Mayoritas korban yang ditemukan berusia muda sehingga sidik jari mereka belum terdata dalam sistem kependudukan nasional.
Karodok Polusdokes Polri, Brigjen Pol Nyoman Edi Purnama menyampaikan, delapan jenazah telah diterima di RS Bhayangkara Surabaya. Lima di antaranya sudah diperiksa, sementara tiga lainnya masih dalam proses persiapan.
Tim DVI Polri dan Polda Jatim kini tengah melakukan rekonsiliasi data antara informasi antemortem dari keluarga dan hasil pemeriksaan postmortem.
Metode identifikasi primer seperti sidik jari tidak dapat digunakan karena kondisi jenazah yang sudah rusak dan usia korban yang masih muda, sehingga belum masuk dalam database identifikasi nasional.
"Kembali kami sampaikan tadi terkait dengan sidik jari, kami kesulitan, yang berikutnya adalah dengan usia yang 12 tahun, 15 tahun, belasan tahun itu mereka belum masuk dalam sistem database ya kependudukan sehingga sidik jarinya belum ada database sehingga tidak bisa kita bandingkan," ujar Brigjen Nyoman Edi Purnama dalam perbincangan dengan iNews.
Selain itu, pemeriksaan gigi juga tidak memberikan hasil signifikan karena gigi korban belum menunjukkan ciri khas yang bisa dikenali, berbeda dengan orang dewasa yang biasanya memiliki tambalan atau gigi yang tanggal.
Menurutnya, foto tersenyum atau selfie yang bisa digunakan untuk mencocokkan struktur gigi juga minim tersedia dari pihak keluarga. Kemudian, metode sekunder seperti tanda lahir atau properti pribadi juga belum banyak membantu.
"Kemudian properti misalkan pakaian, rata-rata memakai atasannya adalah pakaian koko putih. Jadi hampir sama ke semua, jadi jenazah tersebut maupun yang bawahannya rata-rata pakai sarung gitu ya," katanya.
Dia menyampaikan, dari lima jenazah yang telah diperiksa, semuanya diketahui berjenis kelamin laki-laki. Sebagai langkah terakhir, tim medis telah mengambil sampel DNA dari jenazah untuk proses identifikasi lanjutan.
Meski memakan waktu lebih lama, metode ini diharapkan bisa memberikan hasil yang lebih akurat.