Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Viral Fenomena Embun Upas Selimuti Dieng Banjarnegara, Begini Penjelasan BMKG
Advertisement . Scroll to see content

Viral Fenomena Embun Upas Selimuti Dieng Banjarnegara, Begini Penjelasan BMKG

Kamis, 10 Juli 2025 - 22:44:00 WIB
Viral Fenomena Embun Upas Selimuti Dieng Banjarnegara, Begini Penjelasan BMKG
Baca Berita

BANJARNEGARA, iNews.id - Fenomena embun es atau embun beku (upas) kembali menyelimuti dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Kamis (10/7/2025). Kemunculan embun beku tersebut viral di media sosial.  

Dari video yang beredar, salah satu wilayah yang diselimuti embun upas yakni, seputaran Candi Arjuna.

“Sudah awan (siang), tapi masih mbediding (dingin). Terpantau embus es ke-3 tahun ini di Dieng,” tulis akun @FestivalDiengID, Kamis (10/7/2025).

Embun beku biasanya muncul mulai pukul 03.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB. DI jam-jam tersebut, banyak wisatawan yang datang untuk melihat embun beku.

BMKG menjelaskan, fenomena embun es muncul saat suhu udara sangat dingin dan embun yang terkondensasi membeku. Akibatnya, lapisan es yang muncul akan menutupi tumbuhan dan permukaan tanah.

Fenomena embun es berlangsung pada periode waktu terbatas, terutama saat musim kemarau (Juni – Oktober). Walaupun Indonesia merupakan negara tropis dengan iklim hangat (warm climate), frost dapat terjadi pada wilayah dataran tinggi apabila beberapa kondisi cuaca terpenuhi.

Menurut BMKG, fenomena ini memiliki dampak negatif yang perlu dipertimbangkan. Pada sektor pertanian, menyebabkan tanaman menjadi layu, mati dan mengering. Fenomena ini juga berdampak pada kondisi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah setempat.

Namun, di balik dampak buruknya, fenomena frost meninggalkan keunikan yang dapat dijadikan wisata bagi masyarakat.

Bukan Dampak Aphelion

Suhu dingin atau mbediding di sejumlah wilayah Indonesia, khususnya Pulau Jawa yang belakangan terjadi sering dikaitkan dengan fenomena peristiwa astronomi Aphelion. Padahal, hawa dingin ini disebabkan udara kering dari Australia atau Monsun Australia.

“Fenomena Aphelion terjadi setiap tahun. Mengenai hawa dingin yang sekarang itu sebenarnya lebih didominasi kejadian di selatan khatulistiwa khususnya saudara-saudara kita yang di Pulau Jawa, Jawa Tengah, Jawa Timur. Udara kering dari Australia itu, monsun Australia sifatnya lebih kering sehingga ketika malam terasa lebih dingin dan siang tidak sepanas ketika bulan-bulan lainnya di mana uap air lebih banyak dari kita cenderung merasakan lebih semu,” ujar Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan saat konferensi pers secara virtual, Senin (7/7/2025). 

Ardhasena menuturkan fenomena Aphelion merupakan kejadian astronomis saat bumi berada pada titik terjauh dari matahari dalam orbitnya. Namun, karena bersifat global seharusnya jika Aphelion menjadi penyebab suhu dingin, dampaknya dirasakan secara merata di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. 

“Apakah ini ada hubungannya dengan Aphelion? Kebetulan secara timingnya memang sama tetapi Aphelion fenomena yang secara planetary dan jika memang dia yang menyebabkan suhu dingin maksudnya terjadi di seluruh wilayah bumi, tetapi kan tidak demikian,” katanya.

Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut