Fajar/Rian Turun Takhta, Marcus: Jadi Nomor 1 Dunia Susah Tidur!
JAKARTA, iNews.id – Ganda putra Indonesia Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto harus turun takhta dari nomor 1 dunia BWF. Sang senior, Marcus Fernaldi Gideon, mengaku memang tak mudah terus berada di puncak.
Bersama Kevin Sanjaya Sukamuljo, Marcus pernah merasakan duduk di singgasana tertinggi ganda putra dunia. Tidak sebentar, duet berjuluk Minions itu bertengger di nomor 1 dunia hingga lima tahun.

Berbeda nasib dengan Minions, pasangan Fajri -sebutan Fajar/Rian- tak lama bertengger di puncak. Dia hanya kurang dari satu tahun berada di posisi prestisius itu.
Mereka harus merelakan nomor 1 dunia kini diduduki pasangan China Liang Wei Keng/Wang Chang. Fajar/Rian terjun ke nomor 4 dunia.
Menurut Marcus, memang sulit mempertahankan kondisi di atas. Dia bisa merasakan bagaimana tekanan yang dialami Fajar/Rian saat menduduki peringkat 1 dunia.
“Setiap orang tahulah pasti pressure-nya banyak, enggak ada yang tahu saya gimana (pressure jadi peringkat 1 dunia). Mungkin kalau Kevin mentalnya lebih kuat kan enggak tahu juga. Tiap orang pribadinya masing-masing. Kayak saya jaganya gimana, mereka jaganya gimana," ucap Marcus kepada awak media, termasuk MNC Portal Indonesia, Rabu (11/10/2023).

Di satu sisi, Marcus memuji pencapaian Fajar/Rian selama menjadi peringkat 1 dunia. Beberapa gelar bergengsi berhasil dimiliki Fajri pada tahun ini seperti All England dan Malaysia Open 2023.
"Tapi ya achievement mereka enggak bisa dibilang jelek juga. Bagus banget malah menurut saya. Mainnya juga bagus, cuma mungkin lawan sekarang banyak yang pelajari, teknologi juga gampang. Apalagi ranking 1 dunia dipantau semua orang," ucap Marcus.
Pemain berusia 32 tahun itu juga mengungkapkan betapa besar beban dan pikiran yang dia rasakan saat menjadi peringkat 1 dunia. Dia mengaku harus terbiasa dengan tekanan yang ditujukan kepada dirinya dan Kevin.
“(Jadi peringkat 1 dunia itu) tidur susah, banyak pikiran, harus banyak-banyak berdoa. Emang pikiran banget itu. Tidur malam susah, apalagi kalau pertandingan. Kita sebelum berangkat harus sudah juara. Kalau hanya sampai final (tidak juara) dianggap kalah," Marcus menjelaskan.
"Fajar/Rian sekarang juga berasa tuh, mereka kalah di final Korea Open, bagi semua orang mereka gagal loh. Padahal dulu bagus sampai final Korea Open, kan turnamen gede. Sebenarnya pasti pressure-nya makin tinggi, makin gede, harusnya udah biasa. Tapi tiap pribadi masing-masing beda caranya," kata pemain jebolan PB Jaya Raya itu.
Editor: Abdul Haris