Gagal ke Final Piala Sudirman 2019, Tim Indonesia Lakukan Evaluasi
NANNING, iNews.id – Indonesia kembali gagal membawa pulang Piala Sudirman ke tanah air. Tim Merah Putih kandas 1-3 dari Jepang pada semifinal di Guangxi Sports Center Gymnasium, Nanning, China, Sabtu (25/5/2019).
Ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon menjadi satu-satunya wakil meraih poin setelah mengalahkan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda 21-14, 21-18.
Di partai kedua, Gregoria Mariska Tunjung ditaklukkan Akane Yamaguchi dalam dua game langsung, 13-21, 13-21.
Pada laga ketiga, Anthony Sinisuka Ginting sempat memberi perlawanan sengit saat menghadapi Kento Momota. Namun, dia akhirnya takluk 17-21, 19-21.
Pada partai penentu, pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu juga gagal menang atas Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara. Mereka kandas 15-21, 17-21 sehingga membuat Indonesia dipastikan tersingkir.
“Secara keseluruhan memang kami harus akui keunggulan Jepang yang kuat. Atlet-atlet sudah berusaha keras. Di pertandingan pertama kami bisa kuasai, tapi di tiga pertandingan berikutnya memang harus diakui lawan lebih unggul,” kata Manajer Tim Indonesia Susy Susanti di situs resmi PBSI.
“Hasil tahun ini lebih baik dari dua tahun lalu, saat itu kami tidak lolos ke perempat final. Sekarang lolos ke semifinal, walaupun sebenarnya kami ingin prestasi tertinggi yaitu juara,” ujar Susy.
Mantan ratu bulu tangkis nomor satu dunia itu juga menyoroti inkonsistensi penampilan para pemain tunggal pada ajang kali ini.
Tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting misalnya. Pemuda kelahiran Cimahi itu sebenarnya mampu tampil bagus saat menghadapi Kento Momota pada semifinal.
Sayangnya, dia banyak membuat kesalahan-kesalahan sendiri, terutama di poin kritis. Alhasil, tim Merah Putih kehilangan poin di nomor tersebut.
“Konsistensinya yang harus ditingkatkan lagi. Secara peringkat kan mereka sudah ada di sana, cuma konsistennya waktu main itu. Bisa main bagus, tahu-tahu enggak bisa stabil, baik Anthony maupun Jonatan (Christie),” kata Susy di situs resmi PBSI.
“Kami berharap supaya mereka lebih matang, konsisten, seperti Momota yang bisa jaga banget, enggak pernah kalah dari yang enggak-enggak. Seorang pemain bisa dilihat matangnya dari situ. Sama seperti (Viktor) Axelsen, Chen Long, mereka kalau pun kalah sama pemain yang selevel, paling enggak, lima besar dunia,” ujar Susy.
Peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu juga menyoroti penampilan tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung yang tidak maksimal. Padahal, menurut Susy, Gregoria punya modal teknik permainan yang baik. Tak pelak, Gregoria kandas dari Akane Yamaguchi dengan dua game langsung, 13-21, 13-21.
“Gregoria itu butuh kerja keras, butuh penangangan lebih. Dia pukulannya bagus, tapi enggak bisa tahan lama sampai akhir, safe-nya juga. Tunggal putri memang ketinggalan banyak dibanding sektor lain,” Susy menjelaskan.
Sementara di ganda putri, Susy menilai Greysia/Apriyani harus meningkatkan lagi power dan ketahanannya.
“Ganda putri Jepang itu kuat dan tahan, kita juga harus bisa mengimbangi mereka, kalau tidak, bagaimana mau mengalahkan mereka?” ujar Susy.
Meski begitu, Susy memuji kekompakan para anggota timnya. Itu terlihat dari usaha setiap atlet yang terus memberikan support kepada teman-teman dalam tim, terutama mereka yang sedang bertanding.
“Kalau dari segi kekompakan, semua betul-betul kompak. Atlet-atlet yang di luar lapangan berikan dukungan ke temannya yang lagi main. Kualitas permainan yang harus ditingkatkan lagi,” kata Susy.
Editor: Abdul Haris