Kento Momota Terjun Bebas di Ranking BWF, Kini Terlempar dari 50 Besar

CALGARY, iNews.id - Karier pebulu tangkis tunggal putra Jepang, Kento Momota terus mengalami penurunan. Terbaru, dia menempati peringkat ke-60 dunia setelah beberapa tahun lalu sempat berada di posisi teratas.

Dalam satu dekade terakhir, Momota menjadi salah satu pemain paling diperhitungkan oleh seluruh dunia. Pada 27 September 2018, Momota mencapai titik tertinggi dengan menjadi tunggal putra nomor satu dunia.

Baca Juga

Nathan Tjoe-A-On Kena Semprot Pengamat Sepakbola Belanda Usai Willem II Gagal Kalahkan Helmond Sport

Bahkan pada kurun waktu 2018 hingga 2019, rival Anthony Ginting ini menjadi tunggal putra yang tak terkalahkan. Sayang, sejak menjuarai Malaysia Masters 2020 lalu, Momota terus mengalami penurunan performa.

Di antaranya, Momota gagal memberikan penampilan yang baik saat menjadi unggulan pertama Jepang pada Olimpiade 2020 yang digelar di negaranya sendiri. Hal itu tentu menjadi tamparan keras untuk Momota.

Baca Juga

Tim Bulu Tangkis Indonesia Siap Berlaga di BWF Across Continents Tour 2023, LIVE di iNews, New Home of Badminton

Banyak yang menilai jika era Momota sudah habis. Hal ini terbukti dengan kegagalannya meraih satu pun gelar pada 2022 lalu. Imbasnya, rankingnya di BWF terus merosot.

Baca Juga

Kento Momota Tak Berkutik, Jagoan Jepang Keok di Babak Pertama Indonesia Open 2023

Seperti pada rilis resmi BWF, Selasa (4/7/2023), saat ini Momota sudah jatuh ke peringkat ke-60 dunia. Posisinya merosot tajam dan turun 26 peringkat jika dibandingkan sebelumnya.

Jika melihat catatan delapan turnamen yang diikuti oleh Momota, hasilnya memang terbilang miris. Pasalnya, dia telah menelan tujuh kekalahan pada putaran pertama.

Baca Juga

Kento Momota Susul Viktor Axelsen Absen dari Singapore Open 2023, Ini Alasannya

Satu-satunya turnamen Momota bisa melaju jauh adalah di German Open 2023. Ketika itu, dia mampu menembus babak semifinal. Dengan posisi saat ini, hal Momota bakal kesulitan untuk menembus turnamen level atas seperti Super 750 dan Super 1000.

Editor: Dimas Wahyu Indrajaya