Penyebab Atlet Binaraga di Malang Makan Ayam Tiren, Hanya Terima 10 Persen dari Biaya Operasional
MALANG, iNews.id – Minimnya dukungan anggaran dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang menjadi penyebab para atlet binaraga harus mengonsumsi ayam tiren (mati kemarin) untuk mencukupi kebutuhan protein hewani dalam masa persiapan. Mereka harus berjuang keras menjelang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur.
Ketua Persatuan Binaraga dan Fitnes Indonesia (PBFI) Kabupaten Malang, Indra Khusnul, menyatakan, bantuan dana dari Pemkab memang telah diterima. Namun, jumlahnya sangat jauh dari kebutuhan riil para atlet dan pelatih.
"Anggaran yang diberikan pemerintah daerah hanya mampu menutupi sekitar 10 persen dari total pengeluaran kami. Selebihnya, kami harus mencarinya sendiri," ujar Indra saat dikonfirmasi, Senin (5/5/2025).
Indra mengungkapkan, pasca viralnya video atlet mengonsumsi ayam tiren, Pemkab Malang memang mencairkan dana persiapan. Namun nominal yang diberikan untuk cabang olahraga binaraga hanya sebesar Rp600 ribu untuk tiga bulan terakhir, mengacu pada realisasi anggaran tahun lalu.
Jumlah itu sangat jauh dari kebutuhan aktual yang bisa mencapai Rp2-3 juta per bulan per atlet, tergantung kelasnya.
"Untuk atlet kelas 60 kg ke bawah saja, kebutuhan protein hewani per hari minimal satu kilogram. Itu belum termasuk serat, karbohidrat, multivitamin, dan suplemen yang juga wajib dikonsumsi atlet," tambahnya.
Kebutuhan dana yang tidak tertutupi akhirnya dipenuhi dari kantong pribadi pengurus dan hasil usaha kebugaran milik Indra yang berada di Lawang dan Sumbermanjing Wetan. Salah satu gym difungsikan secara komersial untuk menutupi subsidi bagi atlet.
"Sebagian besar dana berasal dari pribadi saya. Kami memiliki dua tempat latihan—satu untuk komersial, satu lagi khusus untuk pembinaan atlet. Dana dari tempat komersial kami gunakan untuk menutupi kebutuhan para atlet," jelasnya.
Indra juga menyoroti kebutuhan cabor binaraga sering kali tidak terlihat secara fisik, berbeda dengan cabang olahraga lain seperti balap motor yang bisa dihitung dari jumlah kendaraan atau perlengkapannya.
"Kalau cabang otomotif, misalnya, kekurangan dana Rp200 juta bisa kelihatan dari tidak adanya motor. Tapi kalau binaraga, semua masuk ke tubuh – gizi, vitamin, suplemen – tidak tampak kasat mata," katanya.
Ia mengaku prihatin dengan asupan gizi yang diterima para atlet. Idealnya, kebutuhan protein mereka dipenuhi dari daging sapi. Namun karena keterbatasan biaya, mereka terpaksa beralih ke daging ayam, bahkan ayam tiren, karena harganya lebih murah.
"Kalau pakai telur, per kilonya Rp23 ribu, tapi kandungan proteinnya minim. Daging sapi bagus, tapi harganya Rp160 ribu per kilogram. Akhirnya kami cari alternatif lain yang terjangkau, meski kualitasnya sangat jauh di bawah standar," keluh Indra.
Dalam ajang Porprov Jatim mendatang, PBFI Kabupaten Malang akan mengirimkan 12 dari 22 atlet terbaiknya, dengan target mempertahankan gelar juara umum yang pernah diraih sebelumnya.
"Harapannya, kami bisa kembali menjadi juara. Tapi dengan kondisi anggaran seperti ini, tentu sangat berat. Kami hanya bisa berjuang sekuat tenaga," tegasnya.
Sebelumnya, media sosial diramaikan oleh video viral yang menunjukkan beberapa atlet binaraga Kabupaten Malang tengah mengolah ayam tiren di kamar mandi. Ayam-ayam tersebut kemudian dimasak dan dikonsumsi sebagai sumber protein karena keterbatasan dana untuk membeli makanan bergizi.
Editor: Abdul Haris