JAKARTA, iNews.id – Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Eng Hian, mengungkapkan keprihatinannya atas pencapaian Indonesia di ajang BWF World Tour Super 500 ke atas yang masih jauh dari ekspektasi. Hingga pertengahan tahun 2025, Indonesia belum berhasil mengangkat trofi di kategori prestisius tersebut, memicu serangkaian evaluasi menyeluruh terhadap sistem pembinaan, pelatih, dan para pemain.
“Seperti yang kita ketahui bersama, pencapaian di turnamen level 500 ke atas masih sangat jauh dari harapan. Sampai sekarang kita belum meraih gelar juara,” kata Eng Hian saat ditemui di Pelatnas PBSI Cipayung, Rabu (18/6/2025).
Dirtek PSSI Ungkap 4 Alasan Tunjuk Nova Arianto Jadi Pelatih Timnas Indonesia U-20
Kondisi tersebut menjadi bahan evaluasi utama yang sedang dijalankan oleh Eng Hian, baik terhadap pelatih maupun atlet. Ia menilai belum adanya sinkronisasi optimal antara program pelatih dengan kebutuhan pemain menjadi salah satu penyebab hasil kurang maksimal.
“Ini bukan sekadar kurang, tapi memang belum sesuai target yang kita tetapkan. Tugas saya sebagai Kabid Binpres adalah memastikan pelatih dan atlet bisa lebih sinkron dalam berlatih dan bertanding,” tegasnya.
BWF Setujui Proteksi Poin Daniel Marthin, PBSI Pastikan Hak Ranking Tak Hilang meski Cedera!
Eng Hian menambahkan, ketidaksinkronan itu muncul karena keinginan pelatih baru yang terkadang belum sepenuhnya diterima oleh para atlet. Misalnya, ada program latihan yang disusun pelatih ternyata belum sejalan dengan keinginan atau kesiapan fisik pemain.
“Masih banyak ketidaksesuaian antara kemauan pelatih dan kebutuhan atlet. Ini jadi pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan bersama,” jelasnya.
PBSI Blak-blakan Ungkap Cedera Daniel Marthin: Butuh Penanganan Khusus!
Lebih jauh, minggu lalu PBSI melakukan evaluasi bersama dengan seluruh pelatih teknik, pelatih fisik, serta tim pendukung untuk mengidentifikasi kendala dan mencari solusi. Hasilnya menunjukkan sebagian besar pelatih masih tergolong baru dan belum bisa sepenuhnya menyesuaikan kebutuhan individual atlet.
Duet Dejan/Fadia Resmi Dipisah! PBSI Ungkap Alasannya
“Salah satu contohnya adalah pemilihan turnamen. Ada atlet yang ingin turun di suatu event, tapi pelatih menilai mereka belum siap secara fisik atau mental. Namun, karena tekanan dari sponsor atau kepentingan lain, pemain tetap harus bertanding, padahal itu belum ideal,” ungkap Eng Hian.
Situasi tersebut dianggap cukup krusial karena berpotensi menurunkan performa atlet dan memengaruhi hasil pertandingan secara keseluruhan. Oleh karena itu, Eng Hian kini tengah berkomunikasi intensif dengan pimpinan PBSI agar keputusan pengiriman atlet ke turnamen sesuai dengan standar kesiapan dari pelatih.
Bulu Tangkis Indonesia Loyo di Awal 2025, Ketum PBSI Angkat Bicara
Di akhir pernyataannya, Eng Hian menegaskan bahwa peran pelatih sebagai komando lapangan harus diperkuat. Jika evaluasi di paruh kedua tahun 2025 tidak menunjukkan perbaikan signifikan, maka akan ada konsekuensi terhadap kontrak pelatih.
“Kami sudah memberikan catatan khusus tentang target enam bulan ke depan. Ini akan menjadi bahan evaluasi dalam menentukan perpanjangan kontrak pelatih. Pelatih harus tegas dan tidak selalu mengikuti kemauan atlet,” pungkasnya.
Editor: Abdul Haris
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku