Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Carlos Sainz Sebut Marc Marquez Sebagai Ayrton Senna dari Dunia MotoGP
Advertisement . Scroll to see content

Profil Biodata Ayrton Senna, Legenda F1 yang Meninggal usai Kecelakaan Tragis di Sirkuit

Rabu, 27 April 2022 - 13:09:00 WIB
Profil Biodata Ayrton Senna, Legenda F1 yang Meninggal usai Kecelakaan Tragis di Sirkuit
Berbicara sosok legendaris di F1, profil biodata Ayrton Senna selalu menarik untuk diulas. Ayrton Senna meninggal dunia di sirkuit. (Foto: Planet F1)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Berbicara sosok legendaris di F1, profil biodata Ayrton Senna selalu menarik untuk diulas. Ayrton Senna adalah satu dari tiga pembalap Brasil yang pernah menjadi juara dunia.

Senna merupakan pembalap yang memenangkan tiga kejuaraan dunia F1 pada tahun 1988, 1990, dan 1991. Namanya sejajar dengan Nelson Piquet yang sama-sama sama dari Brasil dan mengoleksi 3 gelar juara.

Senna dikenal sebagai salah satu pembalap F1 terbaik sepanjang masa. Persaingannya dengan pembalap asal Prancis, Alain Prost sangat menjadi sorotan dunia. Terutama ketika keduanya masih dalam satu tim di McLaren.

Sayangnya, kariernya harus berakhir secara tragis setelah ia meninggal dunia karena mengalami kecelakaan fatal di GP San Marino pada tahun 1994. Ketikaa itu, Senna mengendarai mobil dari tim Williams.

Dikutip iNews.id dari laman F1, Jumat (4/8/2022), berikut ini adalah profil dan biodata Ayton Senna beserta perjalanan karier dan prestasinya.

Profil Biodata Ayrton Senna

Ayrton Senna da Silva lahir pada 21 Maret 1960 dari keluarga kaya raya Brasil. Dia bersama kakak perempuan dan adik laki-lakinya bisa menikmati pendidikan yang istimewa. Jika hanya untuk uang, dia sebenarnya tidak perlu balapan.

Namun, Senna sejak kecil memang sudah tergila-gila pada dunia balap setelah sang ayah memberikan go-kart ketika dia berusia empat tahun. 

Pada usia 13 tahun, ia menjadi pembalap kart untuk pertama kalinya dan langsung menang. Saat itulah, pada tahun 1977, dia bisa merasakan untuk pertama kalinya rasa kemenangan dan memutuskan bahwa dia pantas berada di sana.

Pada tahun 1981, ia mulai berkompetisi di Eropa dan memenangkan Kejuaraan Formula 1600 Inggris. Ketika itu, ia menang dengan rekor 12 kemenangan dalam 20 balapan.  Selama periode inilah dia memutuskan untuk menggunakan nama gadis ibunya, Senna. Sebab, nama belakang 'Silva' adalah nama yang sangat umum di Brasil. 

Pada tahun 1983, ia memenangkan kejuaraan Formula 3 Inggris bersama tim Dick Bennets, dengan 13 kemenangan dalam 21 balapan, 9 diantaranya diraih secara berturut-turut. Dia juga memenangkan Grand Prix Macau untuk Theodore Racing Team Teddy Yip. Senna saat itu memang mulai menemukan performa terbaiknya sebagai pembalap.

Senna melakukan beberapa uji coba untuk tim F1 seperti Williams, McLaren, Brabham, dan Toleman. Bahkan ia juga sempat mendapat tawaran dari tim-tim tersebut untuk kontrak jangka panjang. Namun, pilihan Senna ketika itu jatuh pada tim Toleman untuk mengarungi musim perdananya di F1. 

Padahal Toleman saat itu masih tergolong tim baru di F1 dan kurang kompetitif. Namun, kedatangan Senna nyatanya berhasil mengubah semuanya. Dia langsung menjelma sebagai pembalap yang punya catatan impresif di musim debutnya. Sayangnya, Senna memang belum beruntung untuk menjadi juara di musim itu.

Pada musim 1985, Senna pindah ke tim Lotus dengan ambisi yang lebih tinggi. Senna mendapatkan beberapa masalah teknis bersama Lotus di musim pertamanya. Namun, ia tetap mempertahankan permainan impresifnya. Bahkan, ia saat itu dikenal sebagai King of Pole Position. Di tim barunya tersebut, ia menyelesaikan musim pertama dengan finis di posisi keempat klasemen akhir.

Bersama Lotus, masalah teknis terus menjadi kendala sepanjang musim 1987. Hal itu membuatnya lagi-lagi harus berakhir di posisi keempat. Padahal, ia sebenarnya bisa melaju lebih jauh dari itu.

Menjadi Juara Dunia hingga Berakhir Tragis

Musim ini menandai titik balik dalam karir Senna karena sepanjang tahun ia membangun hubungan yang mendalam dengan Honda. Karena hubungan yang telah ia bangun dengan Honda sepanjang musim 1987 dan dengan persetujuan pembalap nomor satu McLaren sekaligus juara dunia ganda saat itu, Alain Prost, Senna bergabung dengan tim McLaren pada musim 1988.

Bersama McLaren-Honda, Senna memenangkan 15 dari 16 balapan di musim perdananya. Ia mengalahkan rekan setimnya Alain Prost yang hal mendapat delapan kemenangan. Hal itu membuat Senna keluar menjadi juara di F1 musim 1988 untuk pertama kalinya. Setelah itu, dua pembalap terhebat itu menjadi protagonis dalam salah satu rivalitas paling terkenal di F1.

Pada tahun 1989 Prost mengambil gelar juara dengan mendepak Senna keluar di chicane Suzuka. Pada tahun 1990 Senna membalas dendam di tikungan pertama Suzuka, memenangkan kejuaraan keduanya dengan mengalahkan Prost yang saat itu bermain untuk Ferrari. Gelar ketiga Senna diperoleh pada tahun 1991 berkat dominasi dan obsesinya untuk menjadi lebih baik lagi.

Setelah tampil apik bersama McLaren selama 6 musim, Senna akhirnya pindah ke Williams pada musim 1994. Siapa sangka, itu adalah musim terakhirnya sebagai pembalap. Pada awal tahun 1994, Senna pernah berbicara tentang masa depannya sendiri.

"Saya ingin hidup sepenuhnya, sangat intens. Saya tidak akan pernah ingin hidup sebagian, menderita penyakit atau cedera. Jika saya pernah mengalami kecelakaan yang akhirnya merenggut nyawa saya, saya berharap itu terjadi dalam sekejap," ucap Senna seperti tertulis di laman resmi F1.

Selain sebagai pembalap, Senna dikenal sebagai sosok filantropis dan banyak menyumbang jutaan dolar untuk warga kurang mampu di negaranya. Namun, tragedi mengerikan yang tidak pernah dibayangkan siapapun terjadi pada 1 Mei 1994, di Grand Prix San Marino.

Menggunakan mobil Williams Renault, Senna yang saat itu sedang memimpin balapan secara tak terduga keluar dari Sirkuit Imola dan menabrak dinding beton di tikungan Tamburello. Dia kehilangan kendali karena batang kemudi mobilnya patah. Meski terungkap bahwa Senna sempat berhasil mengurangi kecepatannya. Tetapi hal itu tak membuat nyawanya tertolong.

Jutaan orang menyaksikan insiden itu dari televisi. Dunia berduka atas kematiannya dan pemakaman secara kenegaraannya dilakukan di Sao Paulo. Banyak tokoh besar yang hadir saat pemakamannya. Di antara beberapa pembalap yang mengawal peti mati adalah Alain Prost, rival sekaligus teman baiknya di akhir hayat.

Editor: Ibnu Hariyanto

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut