Profil Biodata Legenda Bulutangkis Rudy Hartono, Pemegang Rekor Juara All England yang Belum Terpecahkan
JAKARTA, iNews.id - Profil biodata legenda bulutangkis Rudy Hartono menarik untuk diulas. Rudy Hartono adalah maestro badminton terbesar sepanjang masa yang mengantongi gelar juara All England terbanyak sepanjang masa, yakni 8 kali juara.
Rekor tunggal putra tersebut sampai saat ini masih sulit terpecahkan oleh pebulutangkis manapun. Oleh sebab itu, nama Rudy Hartono menjadi salah satu pemain paling terkenal dalam sejarah olahraga dan membuat harum reputasi Indonesia di dunia bulu tangkis.
Rudy Hartono lahir dengan nama kecil Nio Hap Liang di Surabaya, pada tanggal 18 Agustus 1949. Ia merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara.
Salah satu adiknya adalah Utami Dewi, juara nasional 5 kali dan mantan anggota tim Piala Uber Indonesia. Hartono muda mulanya menggeluti banyak jenis olahraga atletik, bola voli, sepak bola, bahkan sepatu roda. Namun jalan atletiknya segera membawanya ke bulu tangkis. Rudy memiliki istri bernama Jane Anwar yang menikah tahun 1976 dan dikaruniai dua anak.
Dilansir iNews.id dari berbagai sumber, Sabtu (5/14/2022), berikut ini adalah profil dan biodata Rudy Hartono beserta prestasi yang pernah diukirnya di dunia bulutangkis.
Nama Lengkap: Rudy Hartono Kurniawan
Nama Panggilan : Wonder Boy
Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 18 Agustus 1949
Agama : Kristen Protestan
Ayah : Zulkarnain Kurniawan
Menikah: 28 Agustus 1976
Istri: Jane Anwar
Anak-anak: Christopher dan Christine Hartini Hartono Kurniawan
Pegangan Raket: Tangan Kanan
Pendidikan:
- Sarjana, Fakultas Ekonomi Trisakti, Jakarta
Perjalanan Karier Rudy Hartono
Namanya sulit dilupakan dunia setelah 7 dari 8 gelar juara All England ia raih secara berturut-turut dari tahun 1968 - 1974. rekor juara tersebut hingga kini masih sulit dipecahkan oleh pemain manapun.
Selain All England beberapa turnamen dunia lain yang tak kalah bergengsi juga pernah dimenangkannya. Antara lain adalah 4 gelar juara Piala Thomas, Jepang Open, Asian games, dan juara dunia pada 1980.
Namun, semua pencapaian tersebut rupanya bermula dari bakat emasnya yang dilirik sang ayah. Rudy Hartono mulai menunjukkan bakat bermain bulu tangkis pada usia 9 tahun.
Ayahnya barus sadar bakat terpendam sang anak ketika Rudy berusia 11 tahun. Sebelumnya, Rudy hanya berlatih di aspal jalan raya di depan kantor PLN di Surabaya yang dulunya bernama Jalan Gemblongan.
Bakat Rudy kemudian ditempa ayahnya melalui Persatuan Bulu Tangkis Oke dengan proses latihan yang sangat disiplin. Ia selalu ditekankan pada empat hal utama yakni kecepatan, pengaturan napas, sifat permainan yang agresif dan konsistensi dalam mengambil target.
Rudy kemudian pindah ke grup bulu tangkis yang lebih besar yaitu Rajawali Group, yakni grup yang telah melahirkan banyak pemain bulu tangkis dunia.
Pada perkembangannya, Rudy memutuskan untuk pindah ke Pusat Pelatihan Nasional pada akhir tahun 1965 untuk persiapan Piala Thomas. Tak lama setelah itu, penampilan Rudy Hartono semakin membaik.
Ia turut ambil bagian dengan memenangkan Thomas Cup untuk Indonesia pada tahun 1967. Pada usia 18 tahun, untuk pertama kalinya Rudy memenangkan titel Juara All England dengan mengalahkan Tan Aik Huang dari Malaysia dengan hasil akhir 15-12 dan 15-9. Setelah itu, namanya terus melesat dan haus gelar juara dari tahun ke tahun.
Rudy Hartono memang terkenal memiliki keterampilan yang komprehensif, taktik yang bervariasi, serta kecepatan selancar yang cepat. Ia juga menyerang di lini tengah, terutama dalam membunuh lawan secara diagonal dan garis lurus di lapangan belakang.
Nama Rudy Hartono akhirnya tercatat di Guinness Book of Record sebagai pemain tunggal putra dengan gelar juara dunia paling banyak. Berikut ini adalah sederet prestasinya di dunia bulutangkis.
-Juara Tunggal Putra All England delapan kali (1968, 1969, 1970, 1971, 1972, 1973, 1974, dan 1976):
1968: menang vs Tan Aik Huang (Malaysia)
1969: menang vs Darmadi (Indonesia)
1970: menang vs Svend Pri (Denmark)
1971: menang vs Muljadi (Indonesia)
1972: menang vs Svend Pri (Denmark)
1973: menang vs Christian (Indonesia)
1974: menang vs Punch Gunalan (Malaysia)
1975: kalah dari Svend Pri (Denmark)
1976: menang vs Liem Swie King (Indonesia)
1978: kalah dari Liem Swie King (Indonesia)
- Juara Tim Indonesia di Piala Thomas (1970, 1973, 1976 dan 1979)
- Juara Dunia, 1980
- Jepang Terbuka, 1981
- Asian Games, 1970
Editor: Komaruddin Bagja