Profil Fajar Pambudi, Atlet Blind Judo NPC Indonesia Berprestasi yang Buta Sejak Kelas 3 SD
SOLO, iNews.id- Atlet Blind Judo NPC Indonesia, Fajar Pambudi (25) berpeluang lolos ke Paralimpiade Paris 2024. Dia terus mempersiapkan diri didampingi pelatih asal Korea Selatan Lee Yong-Im.
Fajar saat ditemui, Senin (18/9/2023) sedang latihan di Onyx Fitness Center Solo Paragon. Dia melakukan sejumlah latihan seperti angkat berat dan treadmill di dampingi Asissten Pelatih Dimas Ariwibowo.
Memulai karir sebagai atlet Blind Judo di NPC Indonesia 2,5 tahun lalu, atlet asal Jladri, Buayan, Kebumen, Jawa Tengah (Jateng) itu berhasil meraih sejumlah medali di ajang-ajang nasional dan internasional.
Medali emas dan perunggu diraih Fajar saat Peparnas Papua 2021, satu medali emas Asean Para Games (APG) Solo, medali perunggu saat turnamen di Jepang dan Kazakhstan dan satu medali emas di APG Kamboja 2022 di kelas J1 total blind -90 kg. Raihan itulah yang membuatnya kini berpeluang lolos ke Paralimpiade Paris 2024.
Ayah satu anak itu pun menargetkan medali emas Asian Paragames (AiPG) Huangzhou Tiongkok untuk memastikan satu tempat di Paralympiade Paris. Fajar mengaku bahwa dirinya belum akan merasa puas jika belum tampil di panggung tertinggi olahraga yang ia geluti.
“Belum merasa cukup dengan kemampuan saat ini. Belum naik ke panggung tertinggi belum puas mas. Makana saya latihan keras, latihan pagi dan sore tiap hari,” ujarnya.
Sebelum memutuskan menekuni blind judo, Fajar talah lebih dulu menggeluti olahraga pencak silat. Sejak SMP hingga SMA. Ia kemudian masuk tim judo saat lulus jenjang SMK dan pada Tahun 2018 menjadi turnamen yang diikutinya sebelum berhenti karena pandemi corona.
“Propos terakhir kan 2018. Habis Corona tidak turnamen cuma latihan tipis,” kata dia.
KONI kemudian mengusulkannya untuk masuk ke NPC Kebumen. Pada tahun 2021, Fajar masuk ke pelatnas NPC Indonesia untuk ajang APG Solo 2022 dan bertahan hingga sekarang.
Fajar mengungkapkan bahwa dirinya juga disibukkan dengan urusan membantu orang tua saat tengah menekuni olahraga pencak silat. Ia prihatin dengan kondisi keluarganya yang harus menanggung biaya terapi atas kebuataan yang Fajar derita.
“Membantu orang tua sambil latihan silat. Kan orang tua saya dulu ada musibah waktu saya kecil. Akhirnya saat masa kecil SD, SMP dan SMA membantu orang tua. Saya waktu kecil kelas 1 SD jatuh dari jembatan. Terasa saat kelas 3 SD itu melihat tulisan sudah tidak jelas sampai sekarang,” ujar dia.
Setiap 6 bulan sekali, Fajar wajib menjalani terapi di salah satu rumah sakit di Yogyakarta atas kebutaan yang ia derita sejak kelas 3 SD. Fajar mengungkapkan bahwa vonis dokter menyebut dirnya harus menjalani opersai agar bisa kembali melihat.
“Melakukan terapi sejak kelas 4 SD sampai 3 SMK. Tidak ada perubahan. Kalau saya kecacatannya dalam retina fokusnya itu gak bisa, lihat orang itu blur semua. Vonis sama rumah sakit itu harus dioperasi,” kata dia.
Fajar mengatakan, dirinya mulai dijauhi teman-teman pascakebutaan yang dialami. Selama berada di bangku SD kekurangan teman dirasakan Fajar namun, keadaan mulai membaik saat dirinya masuk ke bangku SMP dan SMK.
“Kalau SMP dan SMK tidak terlalu parah, teman-teman sudah pada mengerti,” tuturnya.
Pada masa sekarang, Fajar hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Pada masa di mana ia ingin terus medulang medali untuk Indonesia.
“Target pribadi memberikan yang terbaik. Kali medali pasti kepingin. Tapi yang penting menampilkan yang terbaik dan berdoa,” ujarnya.
Editor: Ibnu Hariyanto