Taufik Hidayat Sebut Lawan Tersulit di Bulu Tangkis, Ternyata Pemain Kidal Ini

JAKARTA, iNews.id - Legenda bulu tangkis Indonesia, Taufik Hidayat menyebut lawan tersulitnya. Menurutnya, Lin Dan merupakan yang tersulit karena faktor perbedaan tangan.

Taufik Hidayat menjadi pebulu tangkis idola pada masanya. Pencapaian terbaik sosok kelahiran Bandung 40 tahun lalu ialah saat meraih emas di Olimpiade Athena 2004.

Baca Juga

Greg Nwokolo Peringatkan PSSI soal Calon Pelatih Timnas Indonesia: Jangan Mulai dari Nol Lagi

Setelah Olimpiade Athena, sosok bintang baru bulu tangkis Lin Dan semakin menunjukkan taringnya. Pebulu tangkis dari China itu pun dianggap lawan tersulit bagi Taufik. Dia menganggap Lin Dan yang memakai tangan kiri atau kidal membuatnya kesulitan saat bertemu di pertandingan. 

"Yang lawan susah itu benar tadi diri sendiri, kalau lawan di lapangan itu Lin Dan. Tangan kiri kan, lebih susah," kata Taufik, dikutip dari Youtube Vindes, Selasa (7/9/2021).

Baca Juga

Apa Kabar Lin Dan, Jagoan Olimpiade Musuh Bebuyutan Taufik Hidayat

Dalam Youtube Vindes yang dipandu duo selebritas Vincent Rompies dan Desta Mahendra itu, Taufik juga menyebut fakta kalau dirinya pernah menang melawan Lin Dan. Namun, seiring waktu Taufik yang menurun performanya semakin kesulitan mengimbangi peraih emas Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012 itu.

Baca Juga

Atlet Gemblengan Pelatihnya Taufik Hidayat Latihan Bersama Peraih Emas Olimpiade Tokyo Viktor Axelsen

"Awal-awal dia baru iya (menang terus). Setelah gue lama begini (turun performa), dia yang sering menang. Tapi emang susah sih lawan dia. Menang kalah juga capek," ujarnya.

Mendengar kisah itu Desta pun sedikit berkelakar: "Pasti capek main bulu tangkis, Fik. Nggak capek tidur."

Taufik dan Lin Dan memang beda era. Ketika Taufik tergerus usia, Lin Dan justru berada di top perform-nya.

Dalam 17 kali pertemuan, Taufik hanya mampu menang 4 kali atas Lin Dan. Salah satu kemenangannya yang sangat bernilai ketika dia menggapai gelar juara dunia di Anaheim, Amerika Serikat, pada 2005. 

Editor: Dimas Wahyu Indrajaya