3 Alasan Timur Kapadze Dipecat dari Pelatih Timnas Uzbekistan
TASHKENT, iNews.id – Pelatih Timur Kapadze tak lagi menjabat sebagai pelatih kepala Timnas Uzbekistan meski berhasil membawa timnya ke Piala Dunia 2026 untuk pertama kalinya.
Keputusan pemecatan ini nampak mengejutkan karena prestasi tersebut, namun di baliknya terdapat tiga alasan utama yang menjadi pertimbangan. Berikut ini pembahasan faktual atas alasan-alasan tersebut.
Meskipun Kapadze dinilai sukses memimpin Timnas Uzbekistan, Asosiasi Sepak Bola Uzbekistan (UFA) memilih untuk menunjuk pelatih baru yang memiliki pengalaman global menjelang turnamen besar.
Penunjukan Fabio Cannavaro sebagai pengganti Kapadze pada 6 Oktober 2025 menandai keinginan UFA untuk membawa nama besar dan reputasi internasional ke kursi pelatih tim nasional.
Menurut laporan, UFA menyatakan, pengalaman bermain yang luas, dari Cannavaro menjadi faktor utama pemilihan. Dengan demikian, meski Kapadze berhasil loloskan negara ke Piala Dunia, aspek pengalaman manajerial di level global dianggap kurang oleh federasi.
Timnas Uzbekistan memperoleh pencapaian penting ketika memastikan tiket ke Piala Dunia 2026. Namun hanya dalam waktu singkat setelah itu tim nasional mengalami pergantian pelatih.
UFA tampaknya memutuskan, untuk tampil maksimal di turnamen dunia, mereka membutuhkan pelatih dengan citra dan jaringan global.
Keputusan mengganti Kapadze hanya beberapa bulan sebelum ajang besar ini menunjukkan federasi memilih melakukan “reset” guna meningkatkan daya saing tim.
Artinya, pergantian jabatan bukan karena kinerja buruk semata, tetapi lebih sebagai langkah strategis persiapan jangka pendek.
Meski Kapadze digeser dari jabatan pelatih kepala, dia tak dipecat secara penuh, namun ditugaskan sebagai asisten pelatih di bawah Cannavaro.
Langkah ini menunjukkan federasi tetap menghargai kontribusinya, namun menginginkan posisi baru yang berbeda untuk menyelaraskan visi baru tim.
Dengan status baru ini, Kapadze secara formal kehilangan otoritas penuh sebagai pelatih kepala, yang menjadi tanda “pemecatan jabatan” sekaligus repositioning internal.
Hal ini juga memperjelas bahwa keputusan penggantian bukan semata karena kegagalan hasil, melainkan kombinasi antara strategi, pengalaman, dan ekspektasi baru.
Editor: Abdul Haris