5 Keajaiban di Sepak Bola dari Kalah Telak Bisa Comeback, Nomor 2 Juara Liga Champions
JAKARTA, iNews.id - Terdapat 5 keajaiban di sepak bola dari kalah telak bisa comeback. Salah satunya dirasakan Liverpool yang melakukannya di final Liga Champions.
Timnas Indonesia ditumbangkan Thailand pada leg pertama final Piala AFF 2020, Rabu (29/12/2021). Skuad Garuda kalah telak dengan skor 0-4.
Peluang juara Evan Dimas dkk pun menipis. Mereka setidaknya harus menang 5-0 pada leg kedua demi meraih gelar Piala AFF yang pertama.
Namun, perjuangan belum berakhir. Jika tampill all out, bisa saja Timnas Indonesia comeback dan menang atau bahkan juara di Piala AFF ke-13 ini.
Buktinya sepanjang sejarah sepak bola ada beberapa tim yang sudah kalah telak tapi bisa bangkit untuk menang dan juara. Salah satunya dirasakan Liverpool saat membuat keajaiban di Istanbul, Turki.
1. Barcelona 6-5 Paris Saint-Germain (2017)
On this day in 2017, Barcelona vs. PSG at the Camp Nou. Enough said. pic.twitter.com/dSxkZ6QRhX
— Roy Nemer (@RoyNemer) March 8, 2021
Laga babak 16 besar Liga Champions 2016/2017 tampaknya akan terus dikenang fans Barcelona. Saat itu Lionel Messi cs menang comeback atas Paris Saint-Germain (PSG).
Barcelona kepayahan pada leg pertama. Saat itu mereka dibuat hancur lebur 0-4 di markas PSG.
PSG bisa senang, walau hanya sesaat. Karena pada leg kedua mereka dibinasakan Barcelona di Stadion Camp Nou.
Di depan pendukung sendiri, Barcelona berpesta. Enam gol bersarang di gawang PSG.
Neymar saat itu mencetak dua gol, begitu pula Messi dan Luis Suarez yang masing-masing mencetak satu angka. Barcelona sedang beruntung, karena Layvin Kurzawa mencetak gol bunuh diri pada laga itu.
Agregat 5-5 sebelum laga benar-benar bubar. Namun pada injury time, Sergi Roberto mencetak gol pada menit 90'+5.
Jadilah Barcelona menang 6-1 dan agregat 6-5 atas PSG. Momen tersebut pun sering La Remontanda yang berarti The Comeback oleh fans Barcelona.
2. Liverpool 3-3 AC Milan (2005)
#OnThisDay in 2005, the miracle of Istanbul! ????????
— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) May 25, 2018
Half-time: AC Milan 3-0 Liverpool
Full-time: AC Milan 3-3 Liverpool
Liverpool win 3-2 on penalties! ????????????#UCLfinal pic.twitter.com/lmm5cPrnFH
Stadion Olympic Ataturk, Istanbul menjadi saksi dua kehebatan tim Eropa di partai final Liga Champions 2004/2005. Saat itu Liverpool melawan AC Milan.
Liverpool kala itu tak seperti sekaran. Kedalaman skuadnya tidak sementereng era Jurgen Klopp dan Mohamed Salah.
Saat itu The Reds sering bergantung kepada performa sang kapten Steven Gerrard. Adapun lini lini depannya diisi pemain hebat tapi kurang tajam saat dilatih Rafael Benitez, sebut saja Milan Baros dan Djibril Cisse.
Lain halnya dengan AC Milan. Di setiap lini, Rossoneri memiliki pemain yang berkualitas dan berpengalaman. Alhasil Milan lebih diunggulkan saat melawan Liverpool pada final saat itu.
Anggapan para pakar pun hampir terbukti. AC Milan mampu mengungguli Liverpool dengan skor 3-0 pada babak pertama. Gol diciptakan Paolo Maldini dan brace Hernan Crespo.
Namun, Liverpool tidak menyerah. Pada babak kedua mereka bangkit lewat sundulan Steven Gerrard, Xabi Alonso, dan Vladimir Smicer. Skor menjadi 3-3!
Laga penentu juara pun dilakukan lewat babak tos-tosan. Liverpool lebih beruntung karena kiper Jerzy Dudek mampu tampil brilian. Dia mampu menepis sepakan Andriy Shevchenko dan membuat Liverpool menggondol trofi si kuping besar. Momen ini pun disebut miracle of Istanbul oleh fans Liverpool.
3. Deportivo La Coruna 5-4 AC Milan (2004)
On this day in 2004, Deportivo La Coruna overturned a 4-1 deficit to beat AC Milan 4-0 in Spain and reach the Champions League semi-finals.
— Sport Social (@TheSportSocial) April 7, 2020
Milan's had Nesta, Cafu, Maldini, Pirlo, Kaka, Shevchenko etc ????
These days, Depor are in the Spanish second division relegation places! pic.twitter.com/brwJuI9dV2
Deportivo La Coruna merupakan tim hebat di Liga Spanyol pada awal 2000-an. Sejumlah bintang pernah menghiasi klub satu ini, sebut saja Albert Luque, Djalminha, dan Walter Pandiani. Mereka bahkan tampil di perempat final Liga Champions 2003/2004.
Di liganya para juara mereka mendapatkan hadangan dari klub langganan Liga Champions asal Italia, AC Milan. Rossoneri asuhan Carlo Ancelotti diunggulkan. Buktinya pada leg 1 mereka mampu menang 4-1 di Stadion San Siro.
Deportivo dikenal dengan julukannya saat itu, yakni Super Depor. Kesuperan mereka pun diperlihatkan pada leg kedua.
Penonton di Stadion Riazor dibuat bersorak empat kali. Deportivo tanpa ampun membobol gawang Nelson Dida dan menang empat gol tanpa balas.
Comeback! Deportivo pun menang agregat 5-4 atas AC Milan. Mereka kemudian maju ke semifinal dan melawan FC Porto.
Sayangnya Deportivo saat itu harus gigit jari. FC Porto besutan Jose Mourinho mampu menang dan bahkan sampai menjuarai Liga Champions 2003/2004.
4. Real Madrid 5-5 Borussia Monchengadbach (1985)
Juanito y Santillana
— ???????????????????? ???????????????????? ???????????? (@David_RMadrid8) March 19, 2015
Real Madrid-Borussia Mönchengladbach UEFA Cup 1984/85. pic.twitter.com/PTj8Ct9YyX
Real Madrid dihancurkan 1-5 oleh Borussia Monchengladbach di babak 16 besar Piala UEFA pada 1985. Mgladbach pun terlihat sudah menapakkan kakinya di babak selanjutnya berkat kemenangan besar tersebut.
Hanya saja Real Madrid bangkit pada leg kedua. Di Stadion Santiago Bernabeu, El Real mampu menghantam Mglabach 4-0 sehingga menang gol tandang dengan agregat 5-5.
Pada musim itu juga mereka sanggup menjuarai Piala UEFA. Jorge Valdano dkk menang 5-3 melawan FC Koln di final.
5. Barcelona 5-6 Metz (1984)
Apenas um clube francês venceu o Barcelona no Camp Nou - foi o FC Metz na primeira fase da Taça das Taças em Outubro de 1984 (4-1). No entanto, nenhuma equipe francesa alguma vez derrotou o Barça na UEFA Champions League (E2 D8). pic.twitter.com/XN2CEanZWw
— Curiosidades Europa (@CuriosidadesEU) February 16, 2021
Terjadi pada ajang Piala Winners 1984/1985. Saat itu tim raksasa Spanyol Barcelona menghadapi wakil Prancis, FC Metz.
Barcelona jelas diunggulkan mengingat materi pemainnya tidak biasa. Salah satu bintangnya saat itu ialah Bernd Schuster.
Pada leg pertama, Schuster menyumbangkan satu gol saat Barcelona menang 4-2 di kandang Metz. Namun El Barca loyo pada leg kedua. Skuad Terry Venables dikalahkan 1-4 oleh Metz di depan puluhan ribu penonton di Stadion Camp Nou.
Toni Kurbos memborong tiga gol pada laga tersebut. Metz pun menang agregat 6-5 atas Barcelona.
Editor: Dimas Wahyu Indrajaya