6 Pencapaian Tertinggi Timnas Indonesia Sepanjang Sejarah PSSI, Ikut Piala Dunia hingga Meraih Medali Emas
JAKARTA, iNews.id - Inilah pencapaian tertinggi Timnas Indonesia sepanjang sejarah PSSI. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sejauh ini telah menorehkan sejumlah prestasi terbaiknya di kancah internasional.
Meski tak banyak prestasi yang mentereng, Timnas Indonesia dalam hal ini adalah PSSI pernah menjajaki berbagai kompetisi sepak bola bergengsi.
Sejak didirikan pada 1930, PSSI telah mengantarkan Timnas Merah Putih mengikuti berbagai kejuaraan bahkan menjadi juara.
Sayangnya, prestasi PSSI terbilang minor pada dekade-dekade terakhir belakangan ini. Misalnya saja di kancah Piala AFF, Indonesia sejauh ini hanya mampu menjadi runner up meski 6 kali menjadi finalis sejak kompetisi tersebut digelar pada 1996.
Belum banyak yang tahu bahwa Indonesia pernah mengikuti Piala Dunia. Timnas Indonesia terjun ke turnamen sepak bola paling bergengsi di jagat itu pada Piala Dunia tahun 1938 di Prancis.
Di gelaran Piala Dunia ke-3 tersebut, Tim Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Debut di turnamen empat tahunan itu terjadi pada tanggal 5 Juni 1938 di Reims, Prancis. Fakta sejarah ini juga sudah diakui FIFA
Saat itu, Timnas Indonesia menghadapi Hungaria. Sayangnya, ketika itu Timnas terpaksa mengakui keunggulan Hungaria dengan skor telak 0-6. Hal tersebut terjadi karena minimnya pengalaman Timnas menghadapi tim-tim kuat Eropa.
Timnas saat itu sejatinya sempat membobol gawang Hungaria melalui Isaac Pattiwael (pemain kelahiran 1914, meninggal dunia pada 1987).
Namun, gol Isaac Pattiwael tersebut dianulir wasit dan membuat Timnas harus mengakhiri pertandingan dengan tanpa pecah telur.
Pada era 50-an Timnas Indonesia pernah dilatih oleh pelatih asal Yugoslavia yakni Toni Pogacnik. Indonesia sempat tampil gemilang di Asian Games 1958 di Tokyo.
Pada kompetisi paling bergengsi di Benua Asia itu, Timnas Indonesia berhasil meraih medali perunggu.
Ini adalah pengalaman mengesankan karena menjadi medali pertama Timnas Indonesia di ajang resmi turnamen Internasional.
Timnas Indonesia mulai memasuki era keemasan pada dekade 1980-an. Salah satu pencapaian tertinggi yang nyaris didapatkan oleh Timnas adalah tampil di Piala Dunia 1986 di Meksiko.
Indonesia sempat masuk fase kedua kualifikasi Piala Dunia 1986 zona Asia. Sayangnya, Indonesia harus kalah 1-6 dari Korea Selatan di laga penentuan.
Padahal kemenangan atas Korsel saat ini sejatinya bisa mengantarkan mengantarkan Bambang Nurdiansyah dan kawan-kawan pentas ke Meksiko.
Korea Selatan kembali jadi momok bagi Indonesia. Pasalnya, Indonesia harus tumbang atas Taeguk Warriors di Asian Games 1986 yang berlangsung di Seoul pada babak semifinal.
Pada babak empat besar tersebut, Timnas Indonesia menyerah 0-4 dari tuan rumah. Setelah kalah, Ricky Yacob dan kolega sebenarnya berpeluang membawa menyabet medali perunggu. Namun, posisi ketiga alias medali perunggu juga harus terlewatkan setelah Indonesia kalah dari Uni Emirat Arab dengan skor 0-5.
Setelah gagal melaju ke Piala Dunia dan harus menjadi semifinalis Asian Games 1986, Timnas Indonesia menutup era 1980-an dengan menyabet medali emas SEA Games 1987. Gelar juara yang diraih saat itu cukup manis.
Pasalnya, Indonesia ketika itu menjadi tuan rumah. Selain itu, medali emas tersebut juga diraih dengan mengalahkan rival abadi, Malaysia di final.
Kemenangan Indonesia atas Malaysia diperoleh berkat satu-satunya gol yang dicetak oleh Ribut Waidi.
Indonesia kembali menorehkan emas kedua Indonesia di ajang SEA Games pada 1991 lalu. Pesta olahraga terbesar se-Asia Tenggara itu digelar di Manila, Filipina.
Di babak final, Timnas Indonesia mengalahkan rival mereka yang lain, yakni Thailand. The War Elephant harus tunduk oleh keperkasaan Timnas melalui babak adu tendangan penalti.
Sayangnya, itu sepertinya menjadi gelar juara terakhir di level internasional bagi Timnas Indonesia.
Selain hanya menjadi runner up di Piala AFF selama 6 kali, Indonesia juga pernah ikut Piala Asia sebanyak kali yakni pada 1996, 2004, dan 2007, tetapi selalu gagal di fase grup.
Editor: Komaruddin Bagja