Alex Pastoor Ungkap Kesan Mendalam usai Tinggalkan Timnas Indonesia
JAKARTA, iNews.id – Mantan asisten pelatih Timnas Indonesia, Alex Pastoor, mengaku tetap membawa kenangan indah dari pengalamannya bekerja di Indonesia. Meski kontraknya bersama PSSI berakhir lebih cepat, dia menilai antusiasme publik terhadap sepak bola Tanah Air benar-benar luar biasa.
Pastoor baru saja meninggalkan kursi kepelatihan Timnas Indonesia setelah kegagalan Skuad Garuda melangkah ke Piala Dunia 2026. Bersama pelatih kepala Patrick Kluivert, dia sepakat mengakhiri kerja sama dengan PSSI, meskipun kontrak keduanya sejatinya masih berlaku hingga 2027.
Kegagalan di putaran keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia menjadi titik akhir perjalanan duet pelatih asal Belanda tersebut. Indonesia kalah tipis dari Arab Saudi (2-3) dan Irak (0-1), hasil yang sekaligus memupuskan harapan besar publik sepak bola nasional.
Meski berakhir pahit, Pastoor justru meninggalkan Indonesia dengan kesan positif. Menurutnya, pengalaman melatih Timnas Indonesia memberikan pelajaran berharga tentang semangat dan dukungan tanpa batas dari masyarakat terhadap tim kebanggaan mereka.
“Ada begitu banyak antusiasme di sana tentang sepak bola, dan di awal, tentang kehadiran kami juga, sehingga Anda praktis harus memastikan Anda akan berhasil,” ujar Pastoor dikutip dari Voetbal International, Selasa (21/10/2025).
Pastoor menuturkan, sambutan masyarakat Indonesia sejak hari pertama kedatangannya sangat berkesan. Dia merasakan energi besar dari para penggemar yang begitu mencintai sepak bola dan menaruh harapan besar pada setiap pertandingan.
“Di awal masa kerja kami, atmosfernya luar biasa. Semua orang begitu ramah, dan ekspektasi sangat tinggi,” katanya.
“Tapi itu tidak pernah dibahas,” tambah dia, menegaskan bahwa fokus tim hanya tertuju pada kerja di lapangan.
Selama hampir satu tahun menangani Timnas Indonesia, Pastoor mengaku sudah memberikan segala yang dia bisa. Bersama staf kepelatihan lainnya, dia berusaha mengembangkan potensi pemain agar mampu bersaing di level tertinggi Asia.
Namun, Pastoor juga menyadari bahwa perjuangan Timnas Indonesia masih panjang. Kualitas lawan-lawan yang dihadapi di putaran empat kualifikasi, seperti Arab Saudi dan Irak, berada di level yang jauh lebih tinggi.
“Saya rasa kami telah melakukan itu sepenuhnya. Tapi itu tidak cukup untuk mengalahkan negara-negara sekaliber ini,” tuturnya.
Kendati begitu, Pastoor berharap sepak bola Indonesia terus berkembang dengan fondasi yang lebih kuat. Dia percaya, dengan pembinaan jangka panjang dan dukungan penuh dari masyarakat, Timnas Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing di masa depan.
Kini, kepergian Pastoor menandai akhir satu babak dalam perjalanan Timnas Indonesia. Namun, semangat dan kesan positif yang dia tinggalkan bisa menjadi pengingat bahwa cinta dan dukungan publik adalah aset berharga dalam membangun masa depan sepak bola nasional.
Editor: Abdul Haris