Dituduh Laki-Laki oleh Yordania, Kiper Timnas Putri Iran Buka Suara
TEHRAN, iNews.id - Kiper Timnas Putri Iran, Zohreh Koudaei buka suara setelah dituduh laki-laki oleh Yordania. Dia menegaskan bahwa dirinya perempuan tulen.
Zohreh Koudaei mencuri perhatian saat tampil untuk Timnas Putri Iran di ajang Kualifikasi Piala Asia Wanita 2022 pada September lalu. Dia menjadi penyelamat timnya saat adu penalti melawan Yordania.
Dua kali Koudaei menepis sepakan penalti sang lawan. Kiper berusia 31 tahun itu pun membawa Iran ke Piala Asia Wanita 2022 yang nantinya digelar di New Delhi, India.
Namun, muncul polemik pascalaga tersebut. Yordania menuduh Koudaei adalah laki-laki. Tuduhan itu langsung dilayangkan presiden Asosiasi Sepak Bola Yordania, Pangeran Ali Bin Al-Hussein.
Menurut Al-Hussein, ini adalah persoalan serius. Dia kemudian mengadukan hal tersebut ke pihak AFC pada 5 November lalu.
Beberapa pekan setelah pengaduan itu, nama Koudaei muncul di pemberitaan. Setelah menjadi sorotan, dia siap menempuh jalur hukum karena merasa tuduhan Yordania tidaklah tepat.
"Saya akan tuntut Asosiasi Sepak Bola Yordania. Saya perempuan. Ini adalah sebuah bentuk perundungan," ucap Koudaei saat diwawancarai media Turki, Hurriyet, dikutip dari Sportbible, Kamis (18/11/2021).
Menurut laporan Tehran Times, Koudaei sedang menyiapkan berkas pengaduan masalah tersebut. Nantinya dia akan melaporkan Yordania kepada induk sepak bola internasional, FIFA.
Sementara itu, pelatih Timnas Putri Iran, Maryam Irandoost, menegaskan sudah melakukan pemeriksaan pada pemainnya. Dia memastikan seluruh pemainnya adalah perempuan.
"Staf medis telah dengan cermat memeriksa setiap pemain di tim nasional dalam hal hormon untuk menghindari masalah hal ini, jadi saya memberi tahu semua penggemar untuk tidak khawatir," terang Maryam Irandoost.
Eks pemain Timnas Putri Iran itu pun berbalik menuduh pada Yordania. Menurutnya pihak lawan yang lebih diunggulkan sakit hati karena disingkirkan sehingga melayangkan tuduhan kepada pemainnya.
"Tim Yordania menganggap diri mereka sebagai favorit untuk lolos dan ketika mereka kalah itu wajar mencari bantuan dengan alasan palsu dan melarikan diri dari tanggung jawab kegagalan ini," jelas Maryam Irandoost.
Editor: Dimas Wahyu Indrajaya