FIFA dan ASEAN Luncurkan #ReachOut untuk Perangi Gejala Gangguan Kesehatan Mental
JAKARTA, iNews.id - Asosiasi Persepakbolaan Internasional (FIFA) ikut memerangi gejala gangguan kesehatan mental. Fokus mereka pun mengarah ke negara-negara ASEAN termasuk Indonesia yang dalam dua tahun ini belum pulih benar dari Covid-19 dan memicu meningkatnya isu kesehatan mental tersebut.
Pandemi Covid-19 membuat segala aktivitas menjadi terbatas. Hal itu lantas berdampak dalam menjalani gaya hidup sehat, seperti; berolahraga secara teratur, makan sehat, cukup tidur, dan tetap berhubungan dengan keluarga dan teman.
FIFA dan ASEAN pun meluncurkan #ReachOut, kampanye untuk mempromosikan gaya hidup sehat, memerangi gejala gangguan kesehatan mental, dan mendorong bantuan bagi mereka membutuhkan. Presiden FIFA Gianni Infantino mengatakan, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik.
“FIFA besama ASEAN dengan bangga meluncurkan kampanye ini, didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), untuk mendorong orang untuk #ReachOut,” kata Infantino.
Sekretaris Jenderal ASEAN Dato Lim Jock Hoi mengatakan, ASEAN mengambil langkah-langkah memajukan kerja sama dengan mitra eksternal di bidang kesehatan mental. Tujuannya jelas, yaitu memberikan masyarakat ASEAN layanan kesehatan mental dan dukungan psikososial yang diperlukan.
Penguatan layanan kesehatan mental juga merupakan respons ASEAN terhadap pandemi Covid-19. Selain itu, mereka juga fokus dalam kedaruratan kesehatan masyarakat pada masa depan melalui implementasi ASEAN Comprehensive Recovery Framework.
Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO mengatakan, WHO dengan senang hati mendukung kampanye #ReachOut, yang dipelopori oleh FIFA dan ASEAN. Diharapkan lewat kampanye ini orang-orang bisa terdorong berbicara tentang kesehatan mental mereka dan memberikan saran praktis untuk kesehatan mental yang baik.
Di Indonesia, kampanye #ReachOut dinilai relevan karena bidang olahraga termasuk sektor yang paling terdampak oleh pandemi. Pembatasan aktivitas masyarakat, termasuk kompetisi futsal seperti Liga Futsal Nusantara dan Liga Futsal Profesional membuat berhentinya kegiatan seluruh pelaku Futsal seperti Pelatih, wasit dan terutama pemain.
Pemain senior timnas futsal, Andri Kustiawan mengatakan, berkurangnya jam bertanding menjadi perhatian yang sangat serius bagi atlet seperti dirinya. “Dampaknya sangat besar sekali. Untuk kesehatan mental pasti akan menurun dikarenakan jarang mengikuti turnamen, sebab seorang atlet terbiasa menjadi petarung yang haus akan kemenangan. Begitu pun juga dengan skill dan fisik kurnganya pressure pertandingan yang kompetitif pasti akan berdampak pada penurunan 2 modal penting ini bagi atlet” ungkap Andri Kustiawan.
Assiten Pelatih Timnas Sayan Karmadi berpendapat, atlet futsal di Indonesia terbiasa dengan euforia dan gairah yang tinggi saat berkompetisi di event sekelas LFP. Penghentian kompetisi mempengaruhi kesehatan mental mereka.
“Pembatasan aktivitas olahraga seperti saat masa pandemi ini tentu mempengaruhi psikis pemain juga karena kurangnya jam bermain seperti sebelumnya. Karena mereka terbiasa dengan sentuhan dan atmosfir pertandingan dengan tingkat pressure yg tinggi” kata pelatih yang membawa tim Blackstell Manokwari menjuarai LFP tahun 2016.
Fisioterapis Timnas, Fortunella Levyana menilai, pandemi yang terjadi di Indonesia selama 2 tahun ini membuat kebanyakan masyarakat kurang peduli akan isu kesehatan mental ini.
Kurangnya pengetahuan dan kepedulian terutama menyangkut Kesehatan mental diri sendiri masih menjadi masalah serius. Atlet tetap menjaga kesehatan mentalnya di tengah pembatasan aktivitas olahraga seperti sekarang ini.
“Untuk masukan pertama dari saya adalah pentingnya seorang atlet untuk menjaga dan mengelola stress mereka dengan kegiatan – kegiatan positif selain kegiatan yang dilakukan secara kolektif / bersama. Yang kedua, Atlet harus memperhatikan asupan gizi yang cukup di masa pandemi, karena kurangnya jam terbang tentu juga akan berpengaruh pada kesehatan mereka. Terutama asupan protein yang sangat penting bagi atlet. Dan yang ketiga adalah pentingnya menjaga kualitas dan kuantitas jam istirahat mereka, karena apabila hal ini terpenuhi tentu akan meminimalisir masalah – masalah yang berpengaruh pada kesehatan mental” ungkap Fortunella.
Editor: Dimas Wahyu Indrajaya